Dompet Dhuafa Tegaskan Tidak Berpolitik Maupun Bermadzhab Tertentu

JAKARTA — Pada acara Temu Insan Dompet Dhuafa pada Senin (20/2/2023), para insan Dompet Dhuafa mendapat beberapa penyegaran dari pembina dan pengurus yayasan. Di antara penyegarannya adalah penguatan nilai-nilai kelembagaan guna menginspirasi lebih banyak kalangan.

Acara Temu Insan ini berlangsung di halaman parkir Gedung Philanthropy Dompet Dhuafa, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Hadir dalam kesempatan silaturrahmi ini adalah Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa, Parni Hadi; Jajaran Dewan Pembina, Andi Makmur Makka;  Ketua Pengurus, Rahmad Riyadi; Jajaran Pengurus, Taufik Hidayat dan Yayat Supriyatna. Di samping itu, dihadiri juga oleh insan-insan Dompet Dhuafa, baik yang ada di pusat, jaringan organ, hingga jaringan cabang baik di dalam maupun luar negeri melalui media daring.

Dari kiri ke kanan: Bambang Suherman, Ahmad Shonhaji, Etika Setiawanti, Yayat Supriyatna, Rahmad Riyadi, Taufik Hidayat, Tri Estriani, Prima Hadi Putra.

Selaku pembina sekaligus inisiator berdirinya Dompet Dhuafa, Parni Hadi mengingatkan kembali tentang nilai-nilai Dompet Dhuafa. Di antaranya adalah Dompet Dhuafa selalu menjadi lembaga yang berintegritas dan profesional. Artinya, Dompet Dhuafa sebagai satu kesatuan lembaga adalah lembaga non partisan yang tidak condong pada partai maupun organisasi masyarakat tertentu. Begitu juga para insannya yang tidak terlibat dalam kelompok politik praktis.

“Dompet Dhuafa tidak berpatai politik, tidak partisan kepada kelompok partai politik tertentu, tidak (terlibat) praktik politik. Dompet Dhuafa adalah lembaga filantropi Islam,” tegasnya.

Parni Hadi memberikan arahan-arahan kepada insan Dompet Dhuafa.
Rahmad Riyadi membacakan struktur Dompet Dhuafa.

Ia juga memberikan arahan untuk menanggapi hiruk-pikuk dunia politik dengan bijak. “Hiruk-piruk silahkan saja. Tapi Dompet Dhuafa tidak terlibat dalam kegiatan politik praktis,” ucapnya terus menegaskan.

Menurut Parni, Dompet Dhuafa dapat terus tumbuh dan berkembang bertahun-tahun kerena masyarakat percaya bahwa lembaga ini independen. Ia berkisah pada suatu waktu, dirinya menerima kesan dari berbagai lembaga, termasuk dari lembaga asing, bahwa Dompet Dhuafa adalah lembaga yang independen.

“Dompet Dhuafa (adalah lembaga) non partisan dalam non madzhab tertentu. Silahkan (di luar Dompet Dhuafa) ikut dalam madzhab (Islam) tertentu, tapi di sini kita guyub rukun menjadi satu insan Dompet Dhuafa,” tuturnya.

Para insan Dompet Dhuafa sedang berdiri menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Para insan Dompet Dhuafa sedang berdiri menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Dengan begitu, Dompet Dhuafa memilih untuk menjadi lembaga Islam yang wasathiyah, yaitu Islam yang di tengah, Islam yang rahmatan lil alamin. Sebagaimana kata Mas Mardi, panggilan akrab Parni kepada almarhum Prof. H. Azyumardi Azra, seorang cendekiawan muslim Indonesia, bahwa seorang muslim haruslah memiliki karakter wasathiyah, yaitu tawasuth (moderat), tasamuh (toleransi), tawazun (seimbang), dan ta’awun (gotong royong).

Baca Juga: Penyegaran Struktur Dewan Direksi Dompet Dhuafa untuk Mewujudkan Masyarakat yang Adil dan Makmur

Pada kesempatan ini pula, Dompet Dhuafa mengumumkan penyegaran struktur organisai. Hal ini dilakukan karena untuk menghadapi berbagai macam dinamika, Dompet Dhuafa juga harus menjadi lembaga yang dinamis. Tak lain tujuannya adalah untuk mewujudkan visi dan misinya dengan lebih baik.

“Dalam kesempatan ini, saya ingin sampaikan bahwa perubahan-perubahan ini merupakan tuntutan internal maupun eksternal. Dengan kondisi saat ini, ditantang oleh kondisi globalisasi dan digitalisasi yang akan terus ada di depan mata. Sehingga dalam proses kelembagaan ini, kalau kita tidak berubah, maka kita akan tergulung oleh zaman. Salah satu keuntungan Dompet Dhuafa adalah memiliki sumber daya manusia yang masih muda-muda. Kemudaan itu membawa keberkahan khusus,” terang Ketua Pengurus Yayasan, Rahmad kepada para insan Dompet Dhuafa. (Dompet Dhuafa/Muthohar)