Apa Donasi Gaza yang Paling Dibutuhkan Saat Ini?

donasi gaza yang dibutuhkan saat ini

Donasi Gaza berdatangan dari penjuru dunia. Saat gencatan senjata sementara, ribuan truk mengantri masuk di pintu perbatasan Rafah. Bantuan dari berbagai wilayah dan berbagai bentuk ditujukan untuk rakyat Palestina di jalur Gaza. Namun, donasi dalam bentuk apa yang saat ini sangat dibutuhkan?

Sejarah Gaza, Palestina

Menurut rumpun Bahasa Semit, kata ‘Gaza’ artinya ‘kuat’ atau ‘tangguh’. Berdasarkan sejarah, nama ‘Gaza’ pertama kali diketahui termuat dalam manuskrip yang berasal dari masa Firaun Thutmose III pada abad ke-15 Sebelum Masehi (SM). Sejarah juga mencatat, Gaza merupakan titik strategis bertemunya berbagai budaya dan peradaban besar. Menjadi jalur niaga yang sangat penting bagi Asia maupun Eropa. Dick Doughty dalam artikel “Gaza: Contested Crossroad”, mengatakan bahwa Gaza telah dihuni manusia sejak lima ribu tahun sebelum Masehi.

Sejak tahun 1948, Israel melakukan penjajahan terhadap Palestina, didukung oleh pemerintahan Inggris. Membuat menciptakan Peristiwa Nakba, yaitu pengusiran 750 ribu penduduk Palestina dari rumah dan tanahnya sendiri. Hingga hanya tersisa dua wilayah yang dapat ditempati penduduk Palestina yaitu Jalur Gaza (Qitha Ghazzah) dan Tepi Barat (adh-Dhiffat al-Gharbiyyah) yang di dalamnya terdapat Baitul Maqdis, tempat Masjid al-Aqsha berada di Yerusalem Timur.

Berbeda dengan Tepi Barat, Jalur Gaza berukuran jauh lebih kecil. Luasnya sekitar 365 km persegi, atau setara dengan setengahnya Kota Jakarta. Tahun 2007, Zionis Israel membangun blokade terhadap wilayah Gaza. Membatasi aliran barang dan orang yang keluar masuk wilayah Gaza. Kemudian tahun 2016 mereka selesai membangun tembok besi tebal setinggi 6 meter dan sepanjang 65 km, yang dilengkapi dengan sensor dan banyak kamera. Mesir yang menjadi negara yang berbatasan langsung dengan Gaza, juga memberlakukan pengetatan terhadap perbatasan Rafah di Gaza Barat. Gaza menjadi penjara terbuka bagi 2 juta penduduk yang tinggal di dalamnya.

Selain tembok di Gaza, Zionis Israel juga membangun tembok serupa sepanjang 700 km di Tepi Barat. Tembok-tembok itu mereka bangun dengan dalih demi melindungi warga Israel dari potensi serangan ‘ekstremis’ Palestina. Padahal, akses sumber daya yang masuk ke Palestina benar-benar sangat dibatasi.

Baca Juga: Baitul Maqdis, Tanah Suci dan Kiblat Ketiga dalam Islam

Kondisi Gaza yang Semakin Parah 

Setelah gencatan senjata sementara, Zionis Israel menyerang Gaza kembali secara membabi buta. Setidaknya ada 700 penduduk tewas dalam waktu 24 jam setelah gencatan senjata sementara berakhir pada 1 Desember 2023. Penduduk Gaza semakin didorong untuk berpindah tempat mengarah perbatasan Rafah. Israel telah melanggar janjinya, mereka berkata tidak akan menyerang daerah selatan jika rakyat Gaza mengungsi ke daerah selatan, namun setelah gencatan senjata Gaza Selatan juga dibom.

Setiap hari semakin banyak anak-anak dan wanita yang meninggal. Serangan yang dilakukan Israel sangat jelas, menyerang warga sipil. Rumah sakit, masjid, hingga gereja yang usianya sangat tua pun dihancurkan oleh Zionis. Banyak hukum internasional dilanggar, namun Israel sama sekali belum mendapatkan sanksi apapun.

Ke mana rakyat Gaza akan bergantung? Ke mana mereka harus berlindung? Semua yang mereka miliki, rumah, tanah, akses pendidikan dan kesehatan, keluarga, tempat ibadah, dirampas dengan sangat keji. Apalagi saat ini sudah masuk musim dingin. Mereka tidak memiliki pakaian hangat, tempat berlindung, dan sumber daya yang cukup. Namun, dengan terus memperkuat solidaritas kita semua, saling bahu membahu, terus mengedukasi, kita pasti bisa mendorong Amerika dan Israel untuk berhenti menyerang Gaza. Melalui donasi, melalui edukasi secara masif di sosial media, aksi solidaritas yang tidak henti-henti, serta terus berdoa, bersama-sama kita membantu Gaza. 

Baca Juga: Fakta Konflik Israel Palestina yang Penting Diketahui

Donasi Gaza yang Paling Dibutuhkan Saat Ini

Saat ini penduduk Gaza membutuhkan banyak sekali jenis bantuan. Terutama di bidang pangan dan alat medis pengobatan. Pangan yang mudah diolah dan dikonsumsi rakyat Gaza seperti air minum kemasan, tepung terigu dan gandum, ransum, biskuit, dapur umum, ataupun makanan yang sudah matang. Diperlukan juga kebutuhan sandang dan papan seperti pakaian, tempat tidur layak di pengungsian, tenda yang cukup kokoh untuk melindungi, alat sanitasi, pembalut wanita yang higienis, popok dan perlengkapan bayi. Kebutuhan medis dan pengobatan seperti ambulans, peralatan media, obat-obatan. Sumber daya listrik seperti panel surya dan perlengkapannya.

Lebih dari 2 juta rakyat Gaza kehilangan segalanya. Kehilangan tempat tinggal, keluarga, pendidikan, akses kesehatan. Hal yang tersisa adalah keyakinan mereka kepada Allah Swt. Kebutuhan donasi gaza secara teknis bisa saja memiliki banyak perubahan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan.

Hindari Donasi dalam Bentuk Ini

Jika Sahabat melakukan penggalangan donasi berupa barang, maka hindari bentuk donasi yang seperti ini, karena dikhawatirkan akan mubazir ketika sampai di sana. Seperti makanan yang sudah mendekati tanggal kadaluarsa, bahan makanan yang sulit pengolahannya dalam kondisi diserang oleh Zionis, serta pakaian bekas yang tidak layak.

Bantuan logistik yang mau masuk ke dalam Gaza memiliki hambatan, salah satunya adalah lamanya perjalanan kiriman bantuan dari Indonesia menuju lokasi. Belum lagi antrian masuk donasi Gaza melalui pintu perbatasan Rafah yang cukup panjang. Oleh sebab itu, akan kurang efektif apabila bantuan yang digalakkan dikirimkan sendiri-sendiri. Bekerja sama secara kolektif mengirim donasi Gaza sesuai kebutuhan mereka adalah hal terbaik yang bisa dilakukan.

Baca Juga: Palestina Merdeka, Benarkah Pertanda Kiamat?

Satukan Solidaritas Donasi Gaza Bersama Dompet Dhuafa

Gaza memiliki sejarah yang panjang. Dari lokasinya strategis sebagai jalur perdagangan, hingga ditemukannya sumber daya gas alam yang cukup besar. Namun, banyak penduduk Palestina mengungsi dan tinggal di Gaza, setelah Peristiwa Nakba yang dilangsungkan oleh Penjajah Zionis Israel. Penduduk Palestina tidak hanya orang-orang yang beragama Islam, namun juga ada yang beragama Nasrani Ortodoks. Terdapat banyak bangunan bersejarah di Gaza yang dihancurkan oleh serangan bom Israel. Serangan yang melukai lebih dari 17 ribu jiwa, di mana separuhnya merupakan anak-anak.

Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Pembantaian terhadap anak-anak tidak boleh dibiarkan. Sahabat, kita harus tetap konsisten menyatukan solidaritas untuk membantu Palestina bangkit kembali. Jika Sahabat bingung ingin memberi bantuan dalam bentuk apa, Sahabat dapat berdonasi berupa uang tunai melalui Dompet Dhuafa. Tim Dompet Dhuafa senantiasa akan mengelola dana donasi sesuai dengan keperluan terkini dari rakyat Gaza. Klik gambar di bawah ini untuk berpartisipasi.