Hadirkan Layanan Darurat Untuk Penyintas Gempa Bumi Mamuju

MAMUJU, SULAWESI BARAT — Merespon dampak Gempa Bumi M 5,8 SR di Mamuju yang terjadi pada tanggal 8 Juni 2022 lalu, tim Disaster Management Center (DMC) dan Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan menghadirkan layanan darurat di lingkungan Salunangka, Kel. Rangas, Kec. Simboro, Kab. Mamuju. Hingga kini, Selasa (13/06/2022), layanan seperti Dapur Umur, Pos Hangat, dan Pos Medis, turut membantu sebanyak 270 penerima manfaat (penyintas dan relawan) disana.

“Dalam status masa tanggap darurat (8-14 Juni 2022), kami (Dompet Dhuafa) ingin mendampingi masyarakat di saat-saat sulit seperti ini. Kami berharap, masyarakat terdampak dapat dengan ikhlas menerima ujian ini dan berusaha bangkit pada masa pemulihan nantinya,” jelas Haryo Mojopahit selaku Chief Executive DMC Dompet Dhuafa.

Tim DMC dan Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan masih berada di lokasi sejak sepekan lalu dan mendirikan Pos Dompet Dhuafa. Agar upaya pendampingan, layanan, serta bantuan darurat bagi penyintas dapat diberikan disana. Berdasarkan assesment, penyintas masih membutuhkan bantuan darurat berupa Tenda Pengungsi, Tenda Keluarga, Tenda Isolasi, Terpal, Tikar Alas, Alat Penerangan, Air Bersih, Makanan Siap Saji, Paket Sandang, Selimut Obat-Obatan, Perlengkapan Bayi, Balita dan Ibu Hamil.

“Bagi masyarakat yang ingin turut serta membantu atau bergabung dalam aksi respons bencana Dompet Dhuafa bisa mendatangi langsung Pos Dompet Dhuafa di Jl. Abdul Malik Pattana Endeng BTN Korongana, Kecamatan Simboro, Kelurahan Rangas, Kabupaten Mamuju, Sulbar,” tambah Haryo.

Baca Juga: https://www.dompetdhuafa.org/sambangi-area-pengungsian-relawan-dmc-dan-dompet-dhuafa-sulawesi-selatan-infokan-kebutuhan-mendesak/

Hasil kaji cepat dan pendataan dampak sementara di Kabupaten Mamuju, ada 70 unit rumah rusak akibat terdampak gempa Bumi tersebut, 1 (satu) tempat ibadah rusak, dan 4 (empat) gedung pemerintah rusak. Sementara itu, 17 orang harus dilarikan ke RS Bayangkara karena mengalami luka-luka terkena reruntuhan bangunan saat terjadi gempa Bumi.

“Warga masih melakukan solat berjama’ah di bangunan masjid yang terdampak gempa. Jadi, kita juga mendirikan Musholla Darurat agar penyintas bisa nyaman beribadah,” pungkas Haryo.

Pada layanan tim Medis yang berada di lokasi, hasil diagnosa menemukan 3 (tiga) gejala penyakit yang diderita penyintas, antara lain Tension Type Headache (TTH) atau disebut juga dengan nama sakit kepala tipe tegang, vertigo atau sakit pusing kepala yang muncul tiba-tiba, dan gastritis atau peradangan pada dinding lambung.

Baca Juga: https://www.dompetdhuafa.org/relawan-dmc-dan-dompet-dhuafa-sulawesi-selatan-respon-cepat-gempa-bumi-mamuju/

Terhitung ada 8 (delapan) Pos Pengungsian di Kabupaten Mamuju: (1) Stadiun Manakarra, 1.185 jiwa; (2) Jalur 2 Kelurahan Mamuny, 500 jiwa; (3) Kantor Bupati Mamuju, 100 jiwa; (4) Kantor TVRI Sulawesi Barat, 70 jiwa; (5) Bukit Sese Bia, 60 jiwa; (6) Terminal Regional Simbuang, 244 jiwa; (7) Lapangan Ahmad Kirang; (8) dan Kecamatan Tapalang Barat (di wilayah masing-masing), 6.000 jiwa.

Sedangkan di Kabupaten Majene, terlihat pos pengungsian berada di SMK Bukit Tinggi dengan 500 jiwa pengungsi, juga di  Desa Maliaya, Mekkatta, Lombong, Kelurahan Malunda dan Kecamatan Tubo dengan total 7.000 jiwa pengungsi di daerah masing-masing.

“Semoga pada Idul Adha bulan depan, penyintas bisa bangkit kembali, suka cita menyambut dan merayakan hari raya kurban,” harap Haryo. (Dompet Dhuafa / DMC / Sulawesi Selatan / Dhika Prabowo)