Kisah Dai Ambassador 2024: Menaiki Shinkansen di Jepang, Sebuah Doa yang Allah Wujudkan dengan Wasilah Dakwah Dompet Dhuafa

Dai Ambassador Dompet Dhuafa jepang

NAGOYA, JEPANG — Tulisan ini saya tulis dalam perjalanan dari Tokyo menuju Nagoya menggunakan Shinkansen. Kereta cepat dengan teknologi tinggi yang meringkas perjalanan Tokyo-Nagoya menjadi 1 jam 39 menit saja. 

Hari masih gelap saat memulai aktivitas hari ini, Kamis (14/3/2024). Pada pukul 03:30 waktu Jepang, saya bangun salat malam. Kemudian melanjutkan makan sahur dan salat Subuh berjemaah bersama keluarga Pak Yazid dan Ibu Gina, Ketua sekaligus Pendiri Ainul Yaqeen Foundation di kediamannya, Adachi City Tokyo. Setelah salat, saya sempatkan membersamai Ibu Gina dan keluarganya untuk mempelajari tahsin Al-Qur’an.

Pukul 09:30 waktu Jepang, saya pun tiba di Tokyo Station. Bertemu Direktur dan Pengurus Dompet Dhuafa Jepang, Ustaz Ach Firman Wahyudi dan Muhammad Ridwan Apriansyah atau Pak Wawan.

Tokyo Eki, demikian sebut Pak Wawan, merupakan salah satu stasiun yang sangat sibuk dan vital di Jepang. Warga Jepang hilir mudik berjalan dengan kecepatan tinggi. Namun uniknya, mereka tak saling bertabrakan. Suasana stasiun bersih, pun yang tak kalah baik adalah orang-orang sabar menunggu giliran, tanpa sikut-sikutan.

Baca juga: Gelar Kajian Tentang Ziswaf, WNI di Pulau Kyushu Saga Ucap Terima Kasih pada Dai Ambassador Dompet Dhuafa Jepang

Melihat suasana stasiun membuat saya terpana akan cepatnya mereka berjalan. Saya membayangkan betapa sistematisnya mereka dalam bekerja, etos kerja tinggi, sehingga pantaslah negara ini menjadi negara maju dan mempesona di mata dunia.

Pada titik ini, saya membayangkan apakah bangsa Indonesia bisa mencapai titik ini? Negara maju dan rakyatnya sejahtera? Karena bila kembali pada ajaran yang diimani sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai muslim, tentu etos kerja yang tinggi adalah ajaran agama Islam. Lihatlah bagaimana Ramadan mendidik umat Islam untuk disiplin, mulai dari waktu sahur, waktu berbuka, hingga salat Tarawih. Semua ibadah tersebut harus tepat, syarat dan rukunnya, agar menjadi sah. Bukankah itu alasannya kenapa Ramadan juga digelari sebagai syahrut tajribah dan syahrut tarbiyah, yakni bulan ujian dan bulan pendidikan?

Dai Ambassador Dompet Dhuafa jepang
Dai Ambassador Dompet Dhuafa, Ustazah Cutra Zwan saat berada di stasiun di Tokyo hendak menaiki Shinkansen.

Tersadar dari dialog isi kepala saya yang membanding-bandingkan Indonesia dengan Jepang (sambil mengingat lagu “Ojo Dibanding-bandingke”), saya bergegas menuju platform, setelah Pak Wawan memberikan print out boarding pass untuk menaiki Shinkansen.

Sedianya, Pak Wawan ingin mengantarkan saya sampai ke platform 16, di mana Shinkansen saya akan memulai perjalanannya. Namun, jika melihat jam dan waktu yang sangat terbatas, tidak mungkin rasanya jika saya harus menunggu Pak Wawan untuk membeli tiket lagi dan masuk ke platform.

Baca juga: Terima Energi Dakwah Baru, KMI Fukuoka Sepakat Lanjutkan Program Dakwah Dai Ambassador Dompet Dhuafa ke Pedalaman Jepang

By the way, ini memang pengalaman pertama saya naik Shinkansen di Jepang yang qadarullah adalah wasilah Dompet Dhuafa Jepang. Harapan yang sudah lama diimpikan dan alhamdulillah bisa tercapai dengan wasilah safari dakwah Ramadan sebagai Dai Ambassador Dompet Dhuafa.

Singkat cerita saya akhirnya memutuskan untuk masuk sendiri ke platform Shinkansen. Sejak pertama kali masuk ke Shinkansen, petugas menyambut ramah dan membantu saya. Meski saya tidak bisa berbahasa Jepang, para petugas tetap bisa menjelaskan apa yang harus dilakukan saat masuk platform gate Shinkansen.

Sedikit tips dari saya bila para pembaca akan bepergian dengan Shinkansen di Jepang:

  1. Cek platform untuk naik sesuai gerbong
  2. Lihat nomor kereta Shinkansen
  3. Antre untuk masuk sesuai gerbong dan nomor tempat duduk
  4. Don’t be late, or you will left behind (jangan telat, atau Anda akan tertinggal)
  5. Gunakan penutup telinga untuk meredam sakit telinga saat sudah di dalam Shinkansen. Sebab, saya merasakan telinga agak sakit saat berada di dalam kereta. Mirip seperti yang saya rasakan setiap kali pergi ke Bandung melalui Tol Purbaleunyi.

Baca juga: Kisah Dai Ambassador 2024: Turut Resmikan Masjid Indonesia Nagoya yang Dibeli Hasil Iuran WNI

Perjalanan Shinkansen saya masih belum usai. Tapi untuk saat ini, saya cukupkan dahulu. Insyaallah, soon I’ll be back menulis pengalaman safari dakwah berikutnya di Jepang.

Last but not least, semoga Ramadan kita menjadi Ramadan terbaik seraya melangitkan doa agar Allah memberikan kasih sayang, ampunan, dan rahmat-Nya kepada kita semua. Aamiin … allahu a’lam bish showab.

Kamis, 14 Maret 2024
Cutra Zwan, Dai Ambassador Dompet Dhuafa 2024