Kisah Dai Ambassador 2024: Sambut Bulan Al-Qur’an di Masjid Al-Hikmah Den Haag, Belanda

Dai Ambassador penugasan Belanda

DEN HAAG, BELANDA — Pada Kamis (7/3/2024), Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Belanda, yakni Ustaz Basyir Arif dan Ustaz Moh. Masrur berangkat dari Indonesia menuju Bandara Internasional Schiphol Amsterdam, Belanda. Mereka berangkat menaiki pesawat Garuda Indonesia dan melalui perjalanan selama 14 jam di udara, tanpa transit dan tanpa perlu ditanyai apa pun oleh pihak imigrasi.

Setibanya di Schiphol, mereka pun menuju ke luar bandara dan disambut oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belanda, KH Nur Hasyim Subadi dan Rais Syuriah. Para dai kemudian meluncur menuju Kota Den Haag untuk mengunjungi rumah yang terletak di samping Masjid Al-Hikmah. Rumah tersebut nantinya akan menjadi hunian mereka selama mengemban amanah dakwah Ramadan 1445 H di Negeri Van Oranje.

Bagi para dai, Kota Den Haag adalah kota yang rapi dan indah. Di sana berdiri Masjid Al-Hikmah yang telah diresmikan sejak tahun 1996 oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda. Masjid ini kemudian dikelola oleh Yayasan Masjid Al-Hikmah dan memiliki susunan organisasi.

Baca juga: Dai Ambassador Dompet Dhuafa Tuntun Ikrar Syahadat Pemuda Asing di Belanda

Dai Ambassador penugasan Belanda

Di hari pertama para Dai Ambassador menginjakkan kakinya di Belanda, Jumat (8/3/2024), mereka langsung melaksanakan tugas dakwah, yakni menjadi imam dan khatib salat Jumat di sebuah masjid yang dulunya adalah gereja.

Pada Sabtu (9/3/2024), Persatuan Pemuda Muslim Eropa (PPME) yang diketuai oleh Bpk. Edie Sandino memiliki agenda rutinan di Masjid Al-Hikmah Den Haag. Pada kesempatan tersebut, agenda utamanya adalah Tarhib Ramadan.

Organisasi PPME sendiri memiliki sejarah yang panjang. Organisasi tersebut diinisiasi oleh Gus Dur dan kawan-kawannya, KH Hambali Maksum dan KH Naf’an Sulchan. Sampai kini, PPME pun masih terus aktif dan berada di tengah masyarakat muslim Indonesia di Kota Den Haag.

Dai Ambassador penugasan Belanda

Kegiatan di Masjid Al-Hikmah Setiap Ahad Tiba

Masjid Al-Hikmah memiliki fungsi masjid yang sama seperti di zaman Rasulullah Saw, yakni menjadi tempat pembelajaran anak-anak. Pada masanya, Nabi Saw mengajarkan langsung Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Mas’ud untuk membaca tujuh puluh surat.

Setiap hari Ahad, masjid yang terdiri dari dua lantai ini memiliki kegiatan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) khusus anak-anak yang dipimpin oleh Ibu Halimah dan dibantu staf admin Ibu Sila S. Suwito. Guru-guru di TPQ ini berasal dari diaspora Indonesia. Mereka mengajarkan anak-anak untuk dapat membaca iqra dan menghafal Al-Qur’an, serta mengajarkan nilai-nilai Islam dan akhlak mulia. Menariknya, para orang tua yang mengantarkan anak ke TPQ ikut bergabung di lantai dua masjid untuk membaca Al-Qur’an secara bersama-sama dengan tartil dan saling mengoreksi satu sama lain.

Selain itu, ada pula agenda rutinan setiap Ahad sore hingga Kamis, selama Ramadan 1445 H, yakni pengajian kitab Durratun Nashihin dan Arbain Nawawiyyah oleh PCINU Belanda. Ada pula komunitas Tombo Ati yg dipimpin oleh Kang Nana Suprianta yang memiliki agenda pengajian per dua minggu sekali setiap Ahad. Kemudian, Yayasan Stichting Indahnya Sedekah Nederland juga mengadakan pertemuan tahunannya di masjid ini.

Dai Ambassador penugasan Belanda

Baca juga: Kisah Dai Ambassador 2024: Gelorakan Dakwah Hingga ke Benua Amerika Selatan

Setelah rangkaian kegiatan hari Ahad selesai, tibalah waktunya menyambut bulan Al-Qur’an. Para dai dan masyarakat muslim setempat bersiap untuk melaksanakan salat fardu yang dilanjut dengan salat Tarawih. Namun sebelum itu, Dai Ambassador Dompet Dhuafa terlebih dulu menyampaikan ceramah singkat tentang bulan Al-Qur’an yang nama lainnya adalah bulan Ramadan, hikmah, serta metode berinteraksi dengan Al-Qur’an.

“Al-Qur’an sendiri diturunkan di bulan Ramadan, tepatnya pada 17 Ramadan. Maka seyogianya, kita harus lebih dekat dengan Al-Qur’an dengan cara banyak membacanya dengan tartil dan tajwid yang benar. Selanjutnya, kita dapat menghafalnya melalui surat-surat pilihan. Setelah itu, memahaminya dan menafsirkannya melalui pendapat ulama mufassir. Hasilnya diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya mengajarkan Al-Qur’an juga kepada anak-anak kita. Khairukum man ta’allama Al-Qur’an wa ‘allamahu,” terang Ustaz Basyir.

Dai Ambassador penugasan Belanda

“Setelah semua proses pendekatan Al-Qur’an tersebut, maka jadikan Al-Qur’an sebagai akhlak dan the way of life dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana Aisyah ummu al-mukminin ditanya apa yang menjadi akhlak Nabi saw, jawabannya akhlaknya adalah Al-Qur’an. Mengapa demikian? Al-Qur’an yang jumlahnya 30 juz, 114 surah, ternyata kandungan utamanya ada dalam surat Al-Fatihah, dan intisari dari ummu Al-Qur’an ini ada pada ayat pertama, yaitu kalimat basmalah, di mana dalam kalimat ini ada dua kata yang menjadi pusat makna dalam ajaran Islam, yaitu al-Rahman dan al-Rahim, yang mempunyai akar kata yang sama ‘rahmah’,” lanjutnya.

Setelah para Dai Ambassador menelusuri jalan-jalan di kota Den Haag yang begitu rapi dan tertib, mereka baru memahami ungkapan Syaikh Muhammad Abduh yang berbunyi, “Di Barat aku menemukan nilai-nilai Islam walapun sedikit orang Islamnya”. Namun sekarang, para dai tidak hanya melihat nilai-nilai Islam yang teraplikasikan di Bumi Eropa, namun dengan hijrahnya imigran Arab dan diaspora muslim lainnya, Eropa akan menjadi Islam di masa depan.

Basyir Arif, M.A. dan Dr. Moh. Masrur, M.Pd.I.
Dai Ambassador Cordofa Belanda, Belgia, Luksemburg, dan Jerman