Sudahkah Sahabat hafal niat puasa Idul Adha? Pada 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah ini umat Islam disunnahkan untuk berpuasa. Terlebih lagi pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah yang dikenal sebagai hari yang sangat istimewa.
Tiga Waktu Unggul Melaksanakan Ibadah Puasa
Dalam agama Islam ada tiga waktu yang sangat diunggulkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Sebab, keutamaan yang dimiliki oleh ketiga waktu itu begitu besar manfaatnya bagi umat Islam yang menjalankan ibadah puasa. Kapan sajakah itu? Yakni puasa sunnah pada 10 hari pertama di bulan Muharram, puasa wajib 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, dan puasa sunnah pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
1. Puasa 10 Hari Pertama di Bulan Muharram
Pertama, yaitu puasa pada 10 hari pertama di bulan Muharram. Bulan Muharram disebut sebagai bulan Allah, karena memiliki makna yang besar bagi sejarah Islam. Pada bulan ini juga, terjadi peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Beberapa peristiwa penting lainnya yaitu pada 10 Muharram Nabi Adam a.s. diciptakan, Nabi Ibrahim a.s. dilahirkan, Nabi Ayyub a.s. disembuhkan oleh Allah dari penyakitnya, dan masih banyak lagi peristiwa penting lainnya.
Baca Juga: 5 Tips Berkurban Mudah, Cepat, dan Harga Terjangkau
Begitu besarnya berkah yang Allah turunkan pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk melakukan puasa sunnah 10 hari di awal bulan Muharram. Bagi umat Islam yang berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram yang dikenal sebagai puasa Tasu’a dan Asyura, maka akan memperoleh keutamaan puasa dengan dihapuskannya dosa-dosa yang telah dilakukannya setahun yang lalu.
Diriwayatkan dari Abu Qatadah RA, bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai puasa Asyura, beliau bersabda: “Puasa pada hari Asyura menghapuskan dosa-dosa satu tahun yang lalu.” (HR. Muslim).
2. Puasa Pada 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan
Waktu yang kedua yaitu pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. Terjadi peristiwa besar yang disebut sebagai peristiwa malam Lailatul Qadar, yaitu malam diturunkannya Al-Quran. Peristiwa ini dijelaskan langsung oleh Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Qadr ayat 1-5 yang artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 1-5).
3. Puasa Idul Adha Pada 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
Niat puasa Idul Adha merupakan awal bagi kita meluruskan tujuan untuk beribadah. Amalan di bulan Dzulhijjah salah satunya adalah puasa sunnah pada 10 hari pertama. Allah sangat mencintai serta memberikan keberkahan kepada orang-orang yang menjalankannya.
Dalam hadits riwayat Ibnu Abbas, Nabi Muhammad SAW bersabda, “‘Tidak ada hari yang amal sholeh, lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari yang sepuluh ini (10 hari pertama bulan Dzulhijjah).’
Sesungguhnya berpuasa satu hari di dalamnya membandingi berpuasa satu tahun. Melakukan Sholat malam di dalamnya membandingi sholat malam pada malam Lailatul Qadar.
Salah seorang sahabat bertanya ‘Apakah lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah?’
Beliau bersabda, ‘Iya. Lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi (mati syahid)’”. Diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah.
Baca Juga: Hukum Berkurban Bagi yang Mampu, Wajib Atau Sunnah?
Pada dasarnya, diharamkan berpuasa pada Hari Raya Idul Adha, yaitu tanggal 10 Dzulhijjah. Maka puasa yang dimaksud pada hari kesepuluh adalah puasa menahan makan dan minum sebelum Shalat Idul Adha, dan berbuka setelah ibadah shalat selesai. Untuk yang berkurban, berpuasa sampai dapat menyantap daging kurban. Pada hari kesepuluh, tidak berpuasa penuh dari matahari terbit hingga terbenam, seperti puasa hari pertama sampai hari kesembilan.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fitri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.” (HR. Ahmad 5: 352).
Niat Puasa Idul Adha Pada 10 Hari Pertama
Adapun niat puasa Idul Adha perlu dilafalkan, untuk meluruskan niat. Berpuasa karena Allah dan mengharapkan keberkahan dariNya, bukan untuk memamerkan ibadah. Berikut ini adalah niat puasa Idul Adha pada 10 hari pertama. Pelaksanaan puasa sunnah Idul Adha pada hari pertama hingga kesembilan, sama seperti pelaksanaan puasa pada umumnya. Memulai sahur sebelum waktu shubuh dan berbuka pada waktu maghrib.
1. Niat Puasa Idul Adha Hari 1-7 Dzulhijjah
Puasa Dzulhijjah dilaksanakan pada tanggal 1 hingga 7 Dzulhijjah. Puasa sunnah ini bisa dilakukan secara tujuh hari berturut-turut ataupun selang seling.
Niat Puasa Dzulhijjah
Nawaitu Shouma Syahri Dzilhijjati Sunnatan Lillaahi Ta’aala.
Artinya: “Saya Niat Puasa Sunnah Bulan Dzulhijjah karena Allah Ta’ala.”
Niat Puasa Tarwiyah Tanggal 8 Dzulhijjah
Pada hari kedelapan bulan Dzulhijjah, dinamakan hari Tarwiyah. Dapat disebut juga sebagai hari Puasa Sunnah Tarwiyah. Secara bahasa, ‘tarwiyah’ memiliki arti ‘proses berpikir’. Pada waktu ini, Nabi ibrahim sedang berpikir tentang mimpinya untuk menyembelih anak semata wayangnya saat itu, yakni Nabi Ismail. Oleh sebab itu dinamakan Hari Tarwiyah.
Niat Puasa Tarwiyah
Nawaitu Shoumat Tarwiyata Sunnatan Lillaahi Ta’ala.
Artinya, “Saya Niat Puasa Sunnah Tarwiyah karena Allah Ta’ala.”
2. Puasa Arafah Pada Tanggal 9 Dzulhijjah
Tanggal 9 Dzulhijjah dinamakan sebagai hari Arafah. Hari keyakinan di mana Nabi Ibrahim percaya penuh dengan mimpinya, bahwa mimpi tersebut merupakan perintah dari Allah. Pada tanggal ini, jemaah haji sedang melakukan wukuf di arafah. Bagi kaum muslimin yang tidak melaksanakan wukuf di Arafah, maka sangat dianjurkan menjalankan sunnah Puasa Arafah.
Niat Puasa Arafah
Nawaitu Soauma ‘Arofata Sunnatan Lillaahi Ta’aala.
Artinya, “Saya Niat Puasa Sunnah Arafah karena Allah Ta’ala.”
3. Niat Menahan Makan dan Minum Sebelum Shalat Idul Adha
Niat menahan makan dan minum sebelum Shalat Idul Adha, tidak bisa disebut sebagai puasa sunnah. Namun, menahan makan dan minum ini merupakan sunnah yang sangat dianjurkan. Tidak ada bacaan khusus untuk menahan makan dan minum. Namun, kita sebagai umat muslim dapat meniatkan dalam hati masing-masing, untuk menahan makan dan minum sampai waktu shalat Idul Adha selesai.
Baca Juga: Ini Caranya Kurban Online Aman dan Nyaman di Tengah Pandemi
Kurban di Hari Raya Idul Adha
Setelah menjalankan serangkaian amalan puasa sunnah, tidak lupa melafalkan niat puasa Idul Adha terlebih dahulu, hari kesepuluh umat muslim menyambut hari raya. Perayaan Idul Adha dimulai dari takbir yang berkumandang, shalat Idul Adha, mendengarkan khutbah hingga selesai, kemudian dilanjutkan dengan menyembelih hewan kurban. Hewan kurban yang telah disembelih, kemudian didistribusikan untuk kaum muslimin, utamanya fakir dan miskin.
Baca Juga: Silaturahmi Adalah Tali Persaudaraan, Bermakna, dan Bermanfaat
Dompet Dhuafa telah 27 tahun membersamai para Sahabat Muslim untuk mengelola kurban. Hewan kurban yang dirawat sesuai dengan ketentuan syariat Islam, bekerja sama dengan para petani lokal di pedesaan. Membentangkan kebaikan melalui distribusi daging kurban hingga mencapai ke pelosok. Klik banner di bawah ini untuk mulai kurban bersama kami.