Project Maggolity.id Berhasil Urai Sampah dan Berdayakan Dhuafa (Volunesia Bootcamp Bagian 6)

SULAWESI SELATAN — Pada giat Volunesia Bootcamp 2022, Muhammad Ahlun Nasab dari Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Sulawesi Selatan mengusung projek “Sekolah Maggot Berdaya” yang bisa diakses pada maggolity.id. Ahlun, sapaannya, merupakan alumni dari salah satu perguruan tinggi asal Sulawesi selatan.

Ahlun menerangkan, berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) per tahun 2021 lalu mencatat jumlah sampah di Indonesia mencapai 21,88 juta ton. Maka itu, ia menggagas projek Sekolah Maggot Berdaya atau maggolity.id sebagai upaya mengurangi dampak sampah. Projek ini bergerak pada bidang lingkungan untuk mengurangi sampah organik. Faktanya, jumlah sampah terbanyak di Indonesia saat ini adalah sampah sisa makanan atau sampah organik.

“Maka dari itu projek maggolity.id adalah sebuah projek yang bergerak di bidang lingkungan untuk mengurangi sampah organik. Faktanya, jumlah sampah terbanyak di Indonesia saat ini adalah sampah sisa akanan atau sampah organik,” tutur Ahlun.

Segala sesuatu bisa menjadi manfaat jika dikelola dengan baik, termasuk sampah organik, sampah sisa makanan, sampah rumah tangga. Sampah-sampah yang termasuk sampah organik ini bisa dipilih dan ditimbun ke tanah agar menghasilkan pupuk kompos dan mengurangi gas metana yang dihasilkan dari sampah tersebut.

Karena kondisi tersebut lah, Ahlun dan tim tergerak untuk membuat projek peduli lingkungan ini. Projek maggolity.id ini, lanjutnya, berasal dari lalat black soldier fly yang mampu mengolah sampah organik dan bermanfaat untuk lingkungan karena makannya yang rakus. Maggot ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber protein bagi hewan ternak seperti ayam, burung peliharaan, maupun ikan peliharaan. Selain itu, maggot juga bisa dikonsumsi oleh manusia karena proteinnya sangat tinggi.

Baca Juga: Volunesia Bootcamp 2022 Lahirkan Filantropreneur Muda

Ahlun dan tim mendapat inspirasi projek ini dari suatu hari hari, ada truk sampah yang sangat bau yang sering ia temui. Beberapa hari kemudian, ia melihat sebuah posting-an di internet bahwa maggot bisa dipelihara. Tertarik dengan hal itu, ia mencari referensi mengenai maggot dan mengetahui bahwa maggot ternyata memiliki peran penting untuk pengolahan sampah organik dan bisa menjadi solusi untuk menanggulangi sampah, bisa menjadi pakan ternak, dan bahkan kosmetik.

Maggot diambil di tempat pembuangan sampah di salah satu tempat di kota Makassar, tepatnya di TPA Tamangapa Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makasar Sulawesi Selatan. Selain bermanfaat mengurai sampah, projek ini juga mampu memberdayakan pemulung yang ada di sana.

Mmekanismenya mudah, saya berikan maggot lalu para pemulung mengelola maggot untuk diberikan kepada ternak mereka dengan siklus yang sudah diatur mulai dari maggot sampai dikonsumsi oleh pemulung dan juga ada sebagian maggot yang dijual,” ujar sarjana psikologi tersebut.

Baca Juga: Bantu Anak-anak Belajar Budaya Batik melalui “Ngangsu Kaweruh”

Hasil dari project ini dapat memberikan dampak baik terhadap lingkungan dan juga ekonomi. Dari sisi lingkungan, dari 8 Kg maggot yang diberikan akan mampu menghabiskan 10-16 Kg sampah organik setiap harinya di tempat pembuangan sampah terebut. Dari sisi ekonomi, dari 8 gram telur maggot seharga 80 ribu bisa menghasilkan 16 kg maggot basah senilai 400 ribu rupiah.

Pada Sabtu (17/9/2022) lalu, Sekolah Maggot Berdaya (maggolity.id) menjadi juara pertama yang terbaik setelah bersaing dengan 10 (sepuluh) finalis lain dari seluruh Nusantara. Pemaparan hasil projek Ahlun berhasil memukau di depan para juri Dompet Dhuafa Pusat. Acara ini merupakan puncak program Volunesia Bootcamp bertajuk Spekta Volunesia 2022 bertempat di Gedung Philanthropy, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Ahlun dan tim sangat senang dan merasa kegiatan Volunesia Bootcamp ini dapat terus ada. “Semoga kegiatan-kegiatan seperti ini akan selalu ada, karena Indonesia butuh orang-orang cerdas yang punya jiwa sosial tinggi. Jadi projek-projek sosial yang sustainable ini yang akan membangun Indonesia lebih maju lagi,” tutup Ahlun. (Dompet Dhuafa / DDV / Muhaitsam)