Pulau Messah, Terselip di Kawasan Wisata Premium Tanpa Layanan Kesehatan Premium

MANGGARAI BARAT, NUSA TENGGARA TIMUR — Sekitar dua bulan lalu sebelum artikel ini dimuat, Muhammad Al Ashar lahir beralaskan kain sarung di atas sebuah ketinting (perahu kayu nelayan) dalam perjalanan menuju RSUD Labuan Bajo dari Pulau Messah. Deru mesin diesel menjadi latar suara peristiwa saat mengarungi Laut Flores pukul setengah 10 malam. Bergelombang, gelap, serta angin kencang menerbangkan terpal. Pencahayaan tipis yang bersumber dari telepon genggam seorang Bidan mencoba menerangi proses kelahiran Al Ashar.

Herman (36)—ayah dari Al Ashar—sesekali memerhatikan kondisi istrinya, Roswinda (31), seraya mengemudikan perahu berukuran 8 x 1,2 meter itu. Ia ingin sekali menggenggam tangan Roswinda, bukannya kemudi perahu. Namun, ia merasa sedikit lega lantaran ada orang tuanya yang ikut mendampingi. Fokusnya terpecah. Kala anaknya lahir, masih setengah perjalanan jauhnya. Malam itu, Al Ashar lahir prematur—tujuh bulan—dengan berat 2 kilogram.

Potret keluarga Pulau Messah, ki-ka: Roswinda & Al Ashar.

Herman, menunjukkan perahu kayu yang digunakan saat istrinya melahirkan Al Ashar.

Dari Pulau Messah menuju RSUD Labuan Bajo membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan laut dan 15 menit perjalanan darat. Tepat siang hari sebelumnya, Herman baru saja kembali pulang setelah melaut mencari ikan selama lima hari lamanya. Sorenya, Roswinda mendadak merasakan nyeri perut yang hebat meski belum masuk HPL (Hari Perkiraan Lahir).

Baca juga: Cuti Berbagi, Dompet Dhuafa Ajak 100 Dokter Relawan Gelar Khitan Massal dan Layanan Kesehatan di NTT

Lanskap kawasan Laut Flores, Labuan Bako dari dramaga Pulau Messah.

Roswinda lalu memeriksa diri ke Puskesmas Pembantu (Pustu) Pulau Messah, Desa Pasir Putih, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Petugas kesehatan merekomendasikannya untuk segera dirujuk ke RSUD Labuan Bajo apabila intensitas nyeri masih berlangsung hingga malam. Ya, nyeri tak kunjung henti, namun malam itu sulit mencari perahu, banyak yang sedang digunakan melaut. Waktu terus berjalan. Situasi mendorong mereka dengan kondisi seadanya menuju RSUD Labuan Bajo.

Suasana pemeriksaan kehamilan di Pustu Pasir Putih.

Ibu-ibu hamil warga Pulau Messah menunggu giliran pemeriksaan kehamilan di Pustu Pasir Putih.

Kepala Pustu Pasir Putih, Syahmuddin, menyebut bahwa ada kategori situasi gawat darurat, gawat nondarurat, juga nongawat darurat. Ia akui, bahwa situasi kegawatdaruratan bisa terjadi kapan saja. Bukan dalam situasi melahirkan saja, melainkan sakit keras yang lain. Sering kali terjadi saat malam hari dan menambah situasi kegawatdaruratan. Selain melahirkan, pernah juga terjadi peristiwa meninggal di perahu saat perjalanan ke RS.

“Pelayanan kesehatan di pulau ini, kendalanya kadang tidak ada kapal atau perahu, cuaca atau musim, bulan terang atau bulan gelap, kering atau surut. Bahkan jika malam, koordinasi mencari perahu sebagai transportasi terhambat karena warga mungkin tidur, sulit cari solar (bahan bakar perahu) juga,” aku Syahmuddin.

Baca juga: ‘Wakaf Sehat Untuk Semua’ Bantu Kusmini Dapatkan Layanan Persalinan Gratis

Petugas layanan kesehatan Pustu Pasir Putih melakukan pendampingan kesehatan rumah ke rumah

“Ada yang stand by perahu Pol Air, namun harus menunggu lama juga karena berada di pulau lain. Sedangkan kami di sini belum memiliki perahu kesehatan yang khusus untuk transportasi atau melayani kegawatdaruratan. Padahal, warga pulau tetangga juga sering berobat dan mengakses layanan kesehatan ke (Pustu Messah) sini,” ungkapnya lagi.

Potret Kepala Pustu Pasir Putih, Syahmuddin.

Potret Nelayan sedang melaut di Labuan Bajo.

Pulau Messah merupakan pulau kecil nan padat penduduk yang terselip dalam keindahan pesona Labuan Bajo. Pulau ini dihuni ±2.174 jiwa dengan ±400 rumah, pertumbuhan angka yang tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Meski masuk dalam Kawasan Wisata Premium Taman Nasional Komodo, nyatanya kelengkapan layanan kesehatan Pulau Messah belum se-premium wisatanya.

Potret keluarga Pulau Messah, ki-ka: Herman, Roswinda, & Al Ashar.

“Semoga bersama-sama, kita dapat saling meringankan kebutuhan warga Pulau Messah dalam mengakses hak layanan kesehatannya, terutama dalam situasi gawat darurat seperti kisah Al Ashar yang diceritakan. Dalam hal ini belum adanya sebuah transportasi khusus di Messah untuk membawa pasien, yaitu Perahu Ambulans. Dan harapannya, warga Pulau Messah juga sama-sama menyadari akan kondisi dan potensinya di sini,” sebut Reita Annur yang mewakili Program Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)