Bangun Peradaban Islam ala Gen Z melalui Sentuhan Jari

Di era digital saat ini, kemajuan teknologi telah mengubah hampir segala lini kehidupan manusia, termasuk filantropi Islam, khususnya wakaf. Transformasi digital dalam penghimpunan dan pengelolaan wakaf adalah keniscayaan. Jika tidak, wakaf akan kehilangan potensinya dan segera ditinggalkan generasi berikutnya.

Mungkin juga tidak separah itu, namun yang jelas konsep wakaf akan jalan di tempat dan makin jauh untuk membangun peradaban melalui instrumen wakaf. Kehadiran kemajuan teknologi menjadi peluang sekaligus tantangan. Tergantung bagaimana generasi Islam hari ini mengoptimalkan potensi wakaf dengan memadukan literasi wakaf, mencipta nilai bersama dan teknologi mutakhir.

Literasi Wakaf: Fondasi Membangun Peradaban Islami

Wakaf adalah salah satu instrumen dalam Islam yang memungkinkan individu untuk berkontribusi dalam pembangunan sosial dan ekonomi secara berkelanjutan. Secara sederhana, wakaf dapat diartikan sebagai penyerahan hak milik suatu benda atau harta untuk dipertahankan pokoknya, dan dialirkan manfaatnya bagi kepentingan umum. Harta yang diwakafkan tidak boleh dijual, diwariskan, atau dihibahkan, melainkan harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat.

Berbeda dengan zakat yang memiliki syarat dan perhitungan tertentu, wakaf jauh melampaui itu. Ketika zakat berdasarkan apa yang kita miliki, wakaf berdasarkan apa yang orang lain butuhkan. Wakaf dapat ditunaikan siapa pun yang masih memiliki nilai-nilai kemanusiaan. Waqf it’s another level.

Menurut data Badan Wakaf Indonesia (BWI), potensi wakaf di Indonesia sangat besar, terutama dalam bentuk tanah wakaf. Total potensi lahan wakaf di Indonesia diperkirakan mencapai 420 ribu hektare atau sekitar 6,3 kali luas Jakarta. Namun sayangnya, baru sekitar 30 persen dari total jumlah tersebut yang dimanfaatkan secara produktif.

Selain itu, menurut BWI, potensi wakaf uang di Indonesia sangatlah besar, diperkirakan mencapai Rp180 triliun per tahun. Jumlah potensi wakaf uang tersebut dapat digunakan untuk membangun 36.000 sekolah dengan fasilitas lengkap atau bisa menghadirkan sekitar 900 hingga 1.800 rumah sakit tipe C atau membantu 18 Juta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan pinjaman modal Rp10 juta per UMKM. Luar biasa bukan potensi wakaf di Indonesia?

Estafet filantropi Islam hari ini mulai bergulir ke Generasi Z yang dikenal sebagai digital native, yaitu mereka yang lahir dan tumbuh di era digital. Mereka sangat akrab dengan teknologi digital sejak usia dini, sehingga teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka.

Generasi tersebut terkenal mudah beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan memiliki pikiran terbuka akan hal baru. Mereka cenderung berpartisipasi aktif untuk sesuatu yang menurut mereka memiliki nilai bagi mereka. Memperkenalkan konsep wakaf kepada generasi ini akan membawa berkah yang luar biasa dalam membangun peradaban.

Mungkin hari ini secara kemapanan ekonomi, mereka sedang merintis, berada di posisi level bawah. Namun sepuluh sampai dua puluh tahun kemudian, mereka akan mengisi jajaran manajerial. Kita tidak perlu menunggu itu, sedikit harta yang mereka sisihkan secara rutin akan memberikan dampak yang masif. Mengingat masyarakat Indonesia hari ini mayoritas adalah usia produktif, yaitu Generasi Z. Dengan menanamkan literasi wakaf hari ini pada mereka akan membentuk suatu fondasi peradaban wakaf yang kokoh.

Baca juga: Sederet Manfaat Wakaf untuk Wakif, Sedekah Jariyah Tak Berujung

Mencipta Nilai Bersama dan Melibatkan Mereka

Nilai menjadi sesuatu yang penting bagi Gen Z. Mereka kerap kali mencari pengalaman personal dalam rangka mencari makna dalam hidup. Meningkatkan literasi wakaf kepada generasi tersebut tidak akan efektif jika masih menggunakan cara-cara konvensional seperti seminar, ceramah, dan semacamnya. Kita perlu menciptakan nilai bersama dan melibatkan mereka dalam proyek wakaf, baik perihal campaign maupun penyaluran manfaat wakaf. Kedua hal itu bukan hanya memberikan pengetahuan, melainkan juga pengalaman yang menyentuh emosi mereka.

Untuk menciptakan nilai bersama dan melibatkan mereka dalam proyek wakaf terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh, seperti melalui gamifikasi dengan membentuk komunitas atau kelompok berbasis minat yang fokus pada filantropi. Dengan gamifikasi, segalanya menjadi begitu terasa asyik dan achievable. Persis seperti ketika kita bermain gim dan mendapat penghargaan ketika kita mampu menyelesaikan misi tertentu.

Dalam melibatkan generasi muda, kita perlu menyajikan proyek program wakaf yang relevan dengan fokus pada isu terkini yang digemari anak muda, seperti lingkungan dan kesehatan. Dengan pendekatan ini, kita mampu menciptakan eksosistem wakaf yang mendorong keterlibatan aktif Gen Z serta meningkatkan nilai sosial dan ekonomi dari praktik wakaf itu sendiri.

Kemajuan Teknologi: Katalisator Literasi Wakaf

Apabila nilai bersama sudah terbentuk, otomatis generasi muda akan berpartisipasi dalam wakaf dengan memanfaatkan teknologi digital. Saat ini, berbagai platform digital telah menyediakan fasilitas untuk berwakaf secara online, membuat prosesnya lebih mudah, cepat, dan transparan. Proses berwakaf secara online umumnya melibatkan langkah-langkah sederhana: pengguna memilih jenis wakaf yang ingin diberikan, menentukan jumlah atau nilai harta yang diwakafkan mulai dari Rp10 ribu, dan melakukan pembayaran melalui metode yang disediakan. Dengan teknologi, berwakaf tidak lagi terbatas oleh waktu dan tempat, sehingga memungkinkan lebih banyak orang untuk berkontribusi kapan saja dan di mana saja.

Dengan menciptakan nilai bersama dan melibatkan mereka dalam proyek wakaf, masa depan wakaf semoga menjadi cerah. Mengingatkan kita pada kejayaan Islam yang sangat familiar dan dekat dengan wakaf dalam membangun peradaban. Tidak hanya turut berkontribusi membantu pemerintah membangun bangsa, tapi juga mengangkat marwah Islam. Jika kedua hal tersebut telah terpenuhi, kemajuan teknologi digital makin menguatkan dan menjadi katalisator untuk membangun sebuah peradaban yang sejahtera.

Bagaimana, sudah siap membangun peradaban Islami ala Gen Z melalui sentuhan jari?

Penulis: Mohamad Hafiz
Penyunting: Ronna