Ancaman Karhutla dan El-Nino, DMC Dompet Dhuafa Siapkan Agenda Mitigasi

Karhutla Jambi 2019

TANGERANG — Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa akan menyiapkan agenda mitigasi untuk menghadapi ancaman bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) serta kekeringan akibat El-Nino. Melalui diskusi bersama Prof Dr Bambang Hero Saharjo selaku Guru Besar Perlindungan Hutan dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang juga Direktur Regional Forest Fire Management Resource Center-Southeast Asia (RFMRC-SEA), sejumlah rekomendasi ditemukan pada pertemuan yang digelar secara daring pada Selasa (6/6/2023).

Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa musim kemarau 2023 lebih kering dibandingkan dengan tiga tahun ke belakang. Hal ini dikarenakan kondisi La Nina sejak tahun 2020 hingga tahun 2022 yang berdampak pada iklim basah, intensitasnya mulai melemah. Prediksi ini dikuatkan potensi El Nino atau fenomena pemanasan suhu muka laut hingga 60 persen.

Sekretaris Jenderal World Meteorological Organization (WMO) Petteri Taalas mengingatkan, El Nino tahun 2023 kemungkinan besar menyebabkan lonjakan baru dalam pemanasan global dan meningkatkan peluang untuk memecahkan rekor suhu menjadi lebih buruk. Sementara itu, Kepala BMKG menyampaikan bahwa awal musim kemarau di sebagian wilayah diprediksi terjadi pada April dan menyebar di seluruh wilayah pada Mei hingga Agustus 2023.

Baca juga: Wujudkan Jakarta Tangguh Hadapi Bencana, DMC Dompet Dhuafa Bekali Peserta Abnon Jaksel 2023 Ilmu Penanggulangan Bencana

Karhutla Jambi 2019
Kondisi wilayah Jambi saaat kebakaran hutan dan lahan gambut terbakar pada tahun 2019.
Karhutla Jambi 2019
Kondisi wilayah Jambi saaat kebakaran hutan dan lahan gambut terbakar pada tahun 2019.

Adapun wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di bawah normal atau jadi lebih kering, yaitu di Aceh bagian utara, sebagian Sumut, Riau bagian utara, Sumatra bagian selatan, sebagian besar Jawa, Bali, sebagian Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian Sulawesi, Maluku Utara, Papua Barat bagian selatan, dan Papua bagian selatan.

“Selain di Indonesia, kebakaran juga terjadi di Kamboja, Vietnam, Thailand, Malaysia, Korea Selatan, Kanada, dan California,” imbuh Prof Bambang.

Kebakaran sendiri pada umumnya tidak hanya terjadi akibat musim kemarau, namun acapkali juga disebabkan oleh perbuatan tangan manusia.

“Karhutla itu perbuatan manusia. Temuan di lapangan juga merupakan perbuatan manusia,” sambung Prof Bambang.

Karhutla Jambi 2019
Kondisi wilayah Jambi saaat kebakaran hutan dan lahan gambut terbakar pada tahun 2019.

Maka dari itu, agak sulit merumuskan kebakaran sebagai bencana. Namun kebakaran hutan kemudian menimbulkan bencana, salah satunya bencana asap yang bisa terjadi dalam waktu yang berlarut-larut dan kunjung selesai. Bencana asap ini menyebabkan kerugian, baik secara materi maupun fisik. Seperti dihentikannya aktivitas belajar mengajar, berkantor, bahkan penerbangan yang ditunda.

Baca juga: Dompet Dhuafa Kerahkan Tim Respon dan Medis pada Bencana Kebakaran Bima

Seperti kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada tahun 1997 di Indonesia. Kebakaran hutan besar itu melahap 10 sampai 11 juta hektare lahan dan diperkirakan 8 provinsi di Indonesia yang dihuni 12 juta penduduk turut terancam. Sebanyak 36 ribu jiwa menjalani rawat jalan, 15 ribu rawat inap, 2 juta jiwa terhambat pekerjaannya, 4 juta jiwa sulit beraktivitas sehari-hari. 

Diketahui pula, kebakaran tersebut memakan korban hingga 500 kematian, 58 ribu terjangkit bronkhitis, 298 ribu terjangkit asma, dan 1 juta jiwa terjangkit ISPA.

Karhutla Jambi 2019
Kondisi wilayah Jambi saaat kebakaran hutan dan lahan gambut terbakar pada tahun 2019.

“Dalam asap kebakaran gambut itu, kami mendeteksi 90 gas dan yang mengerikan lagi 50 gasnya beracun untuk manusia. Salah satunya adalah gas furan, masih satu kelompok dengan dioxin. Jadi apabila gas ini terhirup oleh ibu hamil, maka anaknya akan mengalami kelainan fisik,” pungkas Prof Bambang.

Pada akhirnya kebakaran hutan dan lahan berada dalam lingkaran yang membahayakan kehidupan manusia. Kebakaran tersebut menyumbang emisi gas yang kemudian berdampak pada perubahan iklim hingga akhirnya hal ini meningkatkan risiko bagi lingkungan dan manusia, yang kembali mengakibatkan munculnya kebakaran hutan dan lahan.

“Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia hampir setiap tahun terjadi dan itu dilakukan oleh manusia, maka sejatinya kegiatan pengendaliannya dilakukan sejak awal, dan tidak harus menunggu El-Nino hadir kemudian baru serius penanganannya,” aku Prof Bambang.

“Sudah dapat dipastikan bahwa penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia adalah akibat perbuatan manusia. Untuk itu, sejatinya kegiatan pencegahan, pemadaman, dan penanganannya dapat dilakukan,” lanjutnya.

Karhutla Jambi 2019
Kondisi wilayah Jambi saaat kebakaran hutan dan lahan gambut terbakar pada tahun 2019.

Arif Rahmadi Haryono selaku Chief Executive Officer DMC Dompet Dhuafa akan menyiapkan rekomendasi program intervensi untuk menghadapi dan menggencarkan kesiapsiagaan terhadap potensi kekeringan dan kebakaran hutan yang ada di Indonesia.

Baca juga: Membelah Hutan Menghampiri Pasien, Perjuangan Tim Kesehatan Respon Gempa Ambon

“Banyak pihak menyatakan kekeringan pada tahun ini cukup besar dan cukup lama dengan puncaknya diprediksi di bulan Agustus. Tentu dengan bencana seperti itu maka akan timbul risiko-risiko kekeringan dan kebakaran hutan yang bisa jadi mengikuti efek dari kekeringan yang terjadi,” ungkap Arif.

“Untuk itu, DMC Dompet Dhuafa ingin memperdalam dan juga ingin berdiskusi lebih lanjut tentang seberapa besar dampak kekeringan dan kebakaran hutan yang berpotensi terjadi pada tahun ini dan mungkin kita bisa memperdalam dan mengelola agar kita semua bisa lebih siap dan siaga agar bisa mengurangi dampak atau korban yang terjadi,” sambungnya.

Karhutla Jambi 2019
Kondisi wilayah Jambi saaat kebakaran hutan dan lahan gambut terbakar pada tahun 2019.

Dalam kesempatan yang berbeda, Ahmad Baihaqi selaku Community Resilience and Advocacy Manager DMC Dompet Dhuafa menambahkan bahwa rencana program-program tersebut akan digencarkan oleh masing-masing Departemen DMC Dompet Dhuafa.

“Kita sudah buat rencana aksi di masing-masing Departemen DMC Dompet Dhuafa. Kita akan dorong DMC Dompet Dhuafa buat tim squad menghadapi karhutla dan kekeringan,” ujar Ahmad melalui pesan singkat.

Departemen Community Resilience and Advocacy DMC Dompet Dhuafa akan melakukan pemetaan wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan, pemetaan jalur evakuasi, titik kumpul pengungsian, dan menentukan intervensi wilayah dampingan.

Baca juga: DMC Pasang Rambu Rawan Bencana dan Jalur Evakuasi di Wilayah Gunung Merapi, Perkuat Pengurangan Risiko Bencana

Sedangkan, melalui Departemen Humanity Academy, DMC Dompet Dhuafa akan melakukan pelatihan kepada masyarakat dan relawan untuk meningkatkan kapasitas dalam kesiapsiagaan kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan dengan memuat kearifan lokal.

Kemudian, Departemen Respone-Recovery akan menyiapkan mitra relawan yang terjaring di masing-masing wilayah yang rentan atas kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Selain itu, meningkatkan dan mempersiapkan alat-alat yang memadai bagi aksi pemadaman hutan dan lahan.

Karhutla Jambi 2019
Kondisi wilayah Jambi saaat kebakaran hutan dan lahan gambut terbakar pada tahun 2019.

Selain itu, hadir pula rekomendasi untuk pembuatan sumur bor yang dekat dengan wilayah rentan kebakaran hutan dan lahan. Mengingat di titik rentan kebakaran tersebut biasanya sulit mengakses air untuk pemadaman.

Seluruh intervensi program tersebut akan menitikberatkan pada peran aktor masyarakat lokal yang berada di wilayah tersebut. Karena mereka adalah aktor utama dan yang paling terdepan dalam membantu masyarakat di sekelilingnya, sehingga pelibatan masyarakat merupakan aspek penting dalam penanggulangan bencana.

“Khusus untuk masyarakat, sudah sepantasnya mereka diberikan jalan keluar yang bijaksana dan diperlakukan sebagai partner dan bukan sparring partner dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan,” tutup Prof Bambang.

DMC Dompet Dhuafa mengajak seluruh masyarakat dan pihak berwenang untuk turut serta dalam gerakan penanggulangan bencana di Indonesia. Karena Bumi Cuma Satu, Saatnya Indonesia Berdaya Hadapi Bencana. (Dompet Dhuafa/AFP/DMC Dompet Dhuafa)