Harapan Baru Usai Operasi Katarak dan Retina di RSAW

BANTEN — Bagaimana jika dunia ini yang indah tiba-tiba menjadi kabur? Warna-warna menjadi pudar, wajah-wajah menjadi samar. Itulah yang dirasakan Cipta Rahayu (20) saat katarak mulai perlahan merenggut penglihatannya. Di usia muda, ia harus berjuang melawan penyakit yang tak hanya mengancam kesehatan matanya, tetapi juga meruntuhkan mimpi-mimpi masa depannya.

Padahal mata merupakan sebuah jendela untuk membuka dunia. Bahkan karena matanya bermasalah, ia harus menghentikan sementara pekerjaannya. Jendela milik Cipta itu sempat tertutup oleh kabut tebal akibat katarak. Kisah perjuangannya melawan gangguan penglihatan ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Sebagai seorang yatim piatu yang baru memulai berpenghasilan, biaya pengobatan mata yang mahal terasa begitu berat. Namun, seberkas harapan muncul ketika Cipta mendapatkan perawatan dan pengobatan gratis di Rumah Sakit Achmad Wardi (RSAW). Dengan fasilitas yang lengkap, cepat, dan pelayanan yang ramah, wanita dua saudara itu kini bisa melihat kembali dunia dengan jelas.

Suasana salah satu ruang RSAW yang selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai kalangan.
Suasana salah satu ruang RSAW yang selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai kalangan.
Beberapa orang sedang berada di ruang tunggu sebelum masuk ke ruang operasi katarak RSAW.
Beberapa orang sedang berada di ruang tunggu sebelum masuk ke ruang operasi katarak RSAW.

Baca juga: Wakaf Produktif Berantas Katarak Warga Pulau Panjang

Keberadaan RSAW yang dibangun dari program wakaf Dompet Dhuafa itu telah menjadi berkah tersendiri bagi Cipta dan juga banyak pasien lainnya yang membutuhkan. Ia bersyukur atas adanya rumah sakit khusus mata satu-satunya di Banten ini. Sebab ia pun saat ini sedang mengalami banyak keterbatasan. Ayahnya telah lama meninggal sejak dirinya masih usia belia. Sementara sang ibu baru saya meninggalkannya setahun yang lalu. Kini, ia tinggal bersama kakak perempuan satu-satunya.

“Kata dokternya kemungkinan penyakit turunan. Karena mama pun sebelum meninggal terkena penyakit yang sama. Awalnya karena minus, terus dibiarkan saja, dipaksa untuk bisa melihat normal, jadi semakin bertambah,” ceritanya kepada Dompet Dhuafa, Selasa (13/08/2024), sehari pasca operasi katarak di RSAW.

Matanya bahkan mengalami gangguan refraksi minus tinggi, yaitu hingga 7,5. Namun, Cipta mengaku baru mulai merasa matanya bermasalah sekitar dua tahun terakhir. Kala itu Dokter Faskes 1 BPJS menjelaskan kepada Cipta bahwa ini harus segera mendapatkan tindakan operasi retina. Maka itu, Cipta kemudian dirujuk ke salah satu rumah sakit khusus mata di Rawamangun, Jakarta Timur.

Bangunan RSAW tampak dari atas gedung.
Bangunan RSAW tampak dari atas gedung.
Proses pemeriksaan Auto Refrakto Keratometer (ARK) terhadap salah satu pasien.
Proses pemeriksaan Auto Refrakto Keratometer (ARK) terhadap salah satu pasien.

Baca juga: RS Mata Achmad Wardi Gelar Bakti Sosial Operasi Katarak Gratis untuk Warga Baduy dan Ujung Kulon

Ternyata, di sana Cipta mengalami proses pelayanan yang cukup lama. Mungkin karena jumlah pasien yang dirujuk ke rumah sakit ini sangat banyak, mengingat mereka juga datang dari berbagai daerah. Mirisnya, dari Rawamangun, Cipta dirujuk lagi ke rumah sakit lain di Bogor. Tentu ini semakin jauh dan semakin banyak menghabiskan biaya.

Ia kemudian mendatangi kembali Faskes 1 guna meminta rujukan ulang ke rumah sakit lain. Dicarinya rumah sakit yang lebih dekat yang melayani pengobatan mata. Ia dapati hanya ada satu rumah sakit khusus mata di Provinsi Banten, yaitu RS Mata Achmad Wardi BWI-Dompet Dhuafa di Serang. Cipta hanya membutuhkan perjalanan 40 menit dari rumahnya.

“Lalu saya minta untuk dirujuk ulang ke RSAW. Kan dekat juga dari rumah. Saya bisa berangkat pulang-pergi. Dan ternyata juga di RSAW memang yang paling lengkap. Kalau ke Jakarta jauh banget. Terus enggak tentu juga jadwalnya. Belum lagi tempat tinggalnya gimana,” kisahnya sedikit keluh.

Tak lama nada keluhnya berubah bungah. “Terus saya telepon Call Center RSAW. Katanya bisa. Langsung saja saya minta rujukan ke sana. Dan akhirnya alhamdulillah bisa,” lanjutnya mulai tersenyum.

Cipta (kanan) saat tengah menjalani proses pemeriksaan mata di RSAW.
Cipta (kanan) saat tengah menjalani proses pemeriksaan mata di RSAW.
Cipta (kanan) saat tengah menjalani proses pemeriksaan mata di RSAW.
Cipta (kanan) saat tengah menjalani proses pemeriksaan mata di RSAW.

Baca juga: Berantas Gangguan Penglihatan, Lentera Mata Hadir untuk Anak-Anak SLB

Cipta merasa RSAW melakukan proses penanganan dengan cepat dan nyaman. Belum genap sepekan dari kedatangannya ke sana, ia langsung mendapatkan jadwal operasi retina. Setelah satu minggu operasi, ia juga sudah bisa merasakan penglihatannya menjadi lebih baik.

Menurutnya, kondisi saat itu, ia merasa seperti matanya terisi dengan darah. Penglihatan menjadi merah. Bahkan setengah dari penglihatannya itu sudah gelap. “Seperti ketutup jendela gitu, semakin hari semakin sempit penglihatan. Pas sudah dioperasi, langsung kebuka gitu meskipun masih agak ngeblur karena emang minus,” jelasnya.

Ternyata tidak selesai sampai di situ. Setelah 3 bulan operasi, ada kendala lain pada bagian mata yang sama. Yaitu penglihatannya terasa bertambah buram. Ternyata matanya itu berlanjut terindikasi mengalami katarak. Ia kembali dirujuk ke RSAW. Sama seperti operasi sebelumnya. Belum genap sepekan, ia sudah kembali mendapat jadwal operasi katarak.

Di operasi yang kedua ini, yaitu katarak, proses dan penyembuhannya cenderung lebih cepat. Sekitar 15 menit saja proses operasinya. Selanjutnya, Cipta hanya perlu rajin kontrol pada setiap jadwal yang ditentukan.

“Bersyukur banget sih ada RSAW di Serang. Dekat dengan rumah. Pelayanannya ramah juga. Nyaman interaksi sama semua pihak di rumah sakit ini,” kesannya.

Cipta sehari setelah melalui tindakan operasi katarak di RSAW.
Cipta sehari setelah melalui tindakan operasi katarak di RSAW.
dr. Pradipta Suarsyaf selaku Direktur Utama RS Mata Achmad Wardi.
dr. Pradipta Suarsyaf selaku Direktur Utama RS Mata Achmad Wardi.

RS Mata Achmad Wardi merupakan rumah sakit mata pertama di dunia yang berbasis wakaf yang dibangun oleh Dompet Dhuafa bersama Badan Wakaf Indonesia (BWI). Rumah sakit ini kini telah memiliki Katarak Center, Retina Center, dan Glaukoma Center sebagai pusat pelayanan pengobatan mata. Dengan memanfaatkan surplus wakaf yang diperoleh, RSAW mampu memberikan pelayanan operasi katarak gratis bagi kaum dhuafa non-BPJS.

Direktur Utama RS Mata Achmad Wardi, dr. Pradipta Suarsyaf menyebutkan bahwa RSAW menyediakan kuota operasi katarak gratis setiap hari sebanyak minimal 1 orang. Ini berlaku selama 7 hari dalam sepekan. Artinya, hari Sabtu maupun Minggu pun tetap buka layanan. Sehingga dalam sepekan, RSAW dapat mengobati sebanyak 7-14 dhuafa secara gratis.

Di luar itu, RSAW juga kerap mengadakan aksi bakti sosial di daerah-daerah pelosok Banten. Aksi ini berupa skrining katarak terhadap warga dhuafa di pelosok yang memiliki akses terbatas terhadap kesehatan. Selanjutnya dari hasil yang sudah terhimpun, RSAW memberikan layanan operasi gratis bahkan hingga biaya transportasi ke rumah sakit, konsumsi, dan akomodasi lainnya.

Baca juga: Yudi Latif: RS Mata Achmad Wardi Adalah Bentuk Kontribusi Nyata Dompet Dhuafa di Bidang Kesehatan

Pelaksanaan Baksos RSAW berupa skrining mata katarak kepada masyarakat Desa Pulo Gadung yang mayoritas adalah nelayan di pesisir, Rabu (14/08/2024).
Pelaksanaan Baksos RSAW berupa skrining mata katarak kepada masyarakat Desa Pulo Gadung yang mayoritas adalah nelayan di pesisir, Rabu (14/08/2024).
Pelaksanaan Baksos RSAW berupa skrining mata katarak kepada masyarakat Desa Pulo Gadung yang mayoritas adalah nelayan di pesisir, Rabu (14/08/2024).
Pelaksanaan Baksos RSAW berupa skrining mata katarak kepada masyarakat Desa Pulo Gadung yang mayoritas adalah nelayan di pesisir, Rabu (14/08/2024).

Inilah bentuk dari manfaat wakaf produktif dari sahabat-sahabat sekalian. RSAW yang dibangun dengan wakaf produktif dapat menyalurkan keuntungannya untuk kepentingan sosial kepada masyarakat yang membutuhkan. Selain itu, zakat dari rumah sakit dan para karyawannya juga menjadi sumber lain untuk pembiayaan pengobatan para dhuafa.

Integrasi baik antara zakat dan wakaf ini terus mengalami peningkatan dalam melayani warga dhuafa. Di samping itu, Dompet Dhuafa membuka peluang bagi masyarakat umum lainnya untuk turut terlibat dalam program operasi katarak gratis ini dengan berdonasi melalui digital.dompetdhuafa.org/donasi/operasikatarak. Sahabat juga bisa menunaikan wakaf produktif untuk alat kesehatan melalui digital.dompetdhuafa.org/wakaf/wakafalkes. (Dompet Dhuafa)

Teks dan foto: Riza Muthohar
Penyunting: Dhika Prabowo