Kelompok Tani Kopi Solok Sirukam Terus Berkembang Hingga Hasilkan Banyak Varian

Tani Kopi Solok Sirukam

SUMATRA BARAT — Berada di ketinggian 1.300 MDPL dengan suhu 16 derajat celcius, di atas tanah Nagari Sirukam Kabupaten Solok terbentang ratusan ribu pohon kopi dengan berbagai macam jenis. Umumnya, pada ketinggian ini, paling elok ditanam kopi jenis arabika.

Sekelompok petani Kopi Solok Sirukam berdaya bersama Dompet Dhuafa. Terbentuk sejak tahun 2019, kelompok beranggotakan 25 petani ini berhasil membentuk koperasi dua tahun setelahnya, yakni pada 2021.

Tani Kopi Solok Sirukam
Gerbang masuk tempat pengelolaan kopi Solok Sirukam.
Tani Kopi Solok Sirukam
Buah ceri kopi di pohon sebagiannya mulai memerah.

Perkembangan kelompok pemberdayaan ini terlihat pada meningkatkan jumlah anggota, jumlah produksi, kualitas produksi, varietas, hingga pemasaran yang makin menjangkau secara luas. Program pemberdayaan Dompet Dhuafa ini secara khusus membudidayakan kopi jenis arabika. Di antara varietas yang dikembangkan adalah gayo, longberry, dan sigararutang. Di luar lahan-lahan pemberdayaan, masyarakat Sirukam juga ada yang budi daya kopi jenis robusta.

Baca juga: Saat Orang Tua Tak Ingin Anaknya Sengsara Jadi Petani Kopi, Yogi Malah Jadi Barista Pilantrokopi

Kelompok ini juga kemudian membangun sebuah tempat pengolahan hasil kebun kopi dengan luas kawasan 60 x 40 meter persegi. Nasril Abeng adalah ketua koperasinya. Kelompok Petani Kopi Solok Sirukam yang awal dibentuknya ada 25 anggota telah bertambah menjadi 39 anggota. Lalu kini bertambah lagi menjadi 65 anggota. Di samping itu, saat ini juga ada beberapa petani dari kecamatan sebelah yang sedang dalam tahap pembinaan yang akan segera bergabung.

Tani Kopi Solok Sirukam
Buah ceri kopi Solok Sirukam.
Tani Kopi Solok Sirukam
Ceri terfermentasi sedang ditiriskan.

Kala itu, tahun 2019, para petani membuat lubang tanam di lahannya. Kemudian Dompet Dhuafa memberikan bibitnya sebagai bentuk modal awal. Awal tanam pertama kali digulirkan sebanyak 250 pohon. Kini, setiap sebulan mereka bisa memanen 3 ton buah ceri kopi. Selanjutnya, ceri-ceri diolah menjadi biji kopi yang akan didapatkan sebanyak 800 Kg.

Abeng menjelaskan, karakteristik arabika Solok Sirukam ini setelah melalui tes lab, terdiri dari pisang, durian, nangka, kayu manis, dan melati. Hasil kaping kopi ini bahkan sudah pernah diuji di Belanda. Hasilnya memiliki skor 86.

Baca juga: Dompet Dhuafa Launching Pilantrokopi, Coffee Shop di Padang Berbasis Pemberdayaan Dana Filantropi

Tani Kopi Solok Sirukam
Koperasi Produsen Solok Sirukam Sepakat.
Tani Kopi Solok Sirukam
Ruang sangrai kopi dan kafe.

“Permintaan dari Belanda memang belum banyak. Jadi lebih banyak pasarnya adalah lokal di beberapa rumah kopi di Padang, Sumatra Barat, dan Yogya,” jelasnya, Sabtu (14/10/2023).

Saat ini, Abeng dan rekan-rekan anggota kelompok tengah melakukan eksperimen fermentasi luwak. Upaya ini mendapat dukungan dari para mahasiswa yang saat itu sedang melakukan KKN di sana.

“Ini baru penjajakan awal. Semoga bisa mendapatkan hasil yang baik, sehingga layak dipasarkan untuk menambah varian baru,” harapnya.

Baca juga: Tinggalkan Ibu Kota, Petani Muda Ini Nekat Pulang ke Kampung Demi Sejahterakan Petani dan Tingkatkan Kualitas Kopi Sinjai secara Berkelanjutan

Tani Kopi Solok Sirukam
Proses penjemuran ceri termentasi yang nantinya akan menjadi kopi luak.
Tani Kopi Solok Sirukam
Salah satu sudut di kawasan pengelolaan kopi Solok Sirukam.
Tani Kopi Solok Sirukam
Kopi Solok Sirukam diseduh melalui metode V60.

Ternyata untuk memetik kopi dari pohonnya, para petani harus memiliki pemahaman yang baik, khususnya terhadap tingkat kematangan ceri. Proses pemetikan dapat memengaruhi rasa dan kualitas dari biji kopi. Biasanya, petani memetik kopi ketika berwarna merah. Setelah itu, proses pencucian dilakukan. Proses pencucian ini dilakukan oleh kelompok tani Solok Sirukam melalui 5 proses, yakni natural wash, natural enzymatic, full wash, semi wash, honey, dan black honey. (Dompet Dhuafa/Muthohar)