Tinggalkan Ibu Kota, Petani Muda Ini Nekat Pulang ke Kampung Demi Sejahterakan Petani dan Tingkatkan Kualitas Kopi Sinjai secara Berkelanjutan

SINJAI, SULAWESI SELATAN — Dua sosok anak muda, Ramly dan Mail, yang mendampingi Tim Dompet Dhuafa menikmati sejuk sore di kebun kopi dalam artikel Pengalaman Aliah Sayuti Jadi Petani Kopi Sinjai merupakan penerima manfaat program pemberdayaan Dompet Dhuafa SulSel. Sebelumnya, mereka adalah dua anak muda perantau di Ibu Kota yang kemudian bertekad pulang ke kampung halamannya di Sinjai untuk menjadi petani kopi hingga berani memulai usaha sendiri.

Program Pemberdayaan Ekonomi Kopi Pattongko atau Kopi Sinjai sendiri memiliki tujuan mengekplorasi potensi pertanian yang baik dengan memberdayakan masyarakat melalui inovasi berkelanjutan. Seperti diketahui, dahulu para petani menggunakan teknik pemetikan yang dikenal sebagai “petik rampas,” yakni memetik secara serentak buah kopi sekali tarik. Tindakan itu membuat buah kopi berwarna merah dan hijau tercampur, dan membuat kualitas produk kopi tidak maksimal.

Perlahan, Ramly dan Mail melakukan pendekatan personal dengan edukasi pentingnya teknik pemetikan secara selektif. Buah yang dipetik hanya buah berwarna merah, sehingga didapatkan produk kopi terbaik dan volume yang lebih banyak. Hal ini akhirnya disadari petani kopi, biji kopi yang sebelumnya dihargai Rp2.500 per liter, kini naik menjadi Rp8.500 per liter.

Baca juga: Dompet Dhuafa Menginisiasi Petani Kopi di Temanggung

Kopi Sinjai sendiri dibagi menjadi dua jenis, yakni arabica dan robusta. Mail mengenalkan kepada Aliah Sayuti dan Tim Dompet Dhuafa tentang metode penyeduhan V60. Metode ini dipilih agar biji kopi yang nikmat menghasilkan aroma buah-buahan tropis yang kuat.

Pemberdayaan Kopi Sinjai ini juga memperhatikan lingkungan dengan tetap menggunakan pupuk organik. Tujuannya agar kualitas tanah tidak rusak dan ke depannya tanaman kopi tidak mudah mati. Selain itu, juga untuk mencegah terjadinya degradasi tanah akibat pengunaan pupuk kimia secara berlebihan.

Program pemberdayaan Dompet Dhuafa ini pun terus bertambah dan bertumbuh, dari yang sebelumnya hanya memiliki 3 petani, kini menjadi 59 petani kopi. Dari yang sebelumnya hanya sebagai penghasil biji kopi mentah, kini telah bertumbuh menghasilkan kopi terbaik dari Tanah Sinjai.

Baca juga: Cerita Petani Kopi Solok Sirukam, Nomek: Saya Bisa Belikan Baju Baru untuk Anak Sekolah

Lewat Kopi Sinjai, anak-anak para petani kopi belajar cara memetik kopi terbaik. Seiring berjalannya waktu, keinginan masuk ke perguruan tinggi pun mulai muncul dari anak-anak petani kopi itu. Hal ini membuat rumah pemberdayaan kopi tak hanya bicara biji kopi, tetapi juga soal menyejahterakan petani kopi dari segi ekonomi juga pendidikan.

Sahabat, karena amanah zakat anda, Dompet Dhuafa dapat mengembangkan zona pemberdayaan masyarakat di Sinjai. Cita-cita besar dari anak muda yang kembali ke kampung halaman masih terus berlanjut. Upaya kerja sama dan inovasi masih terus dilakukan demi kesejahteraan petani kopi yang lebih baik. (Dompet Dhuafa/Fitin)