Kisah Dai Ambassador 2024: Masjid Nusantara, Pesantren Kilat, Hingga Silaturahmi Mingguan Ramadan di Belgia dan Luksemburg

Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Eropa

EROPA — Pada Kamis (14/3/2024), Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Eropa, Ustaz Masrur dan Ustaz Basyir Arif menempuh perjalanan dari Kota Den Haag di Belanda menuju Kota Antwerp, sebuah kota tua di Belgia yang dikenal dengan sebutan “The City of Diamond”. Nama itu disematkan pada Kota Antwerp lantaran kota itu menjadi pusat bisnis dan pengrajin berlian terbesar di dunia.

Di kota tersebut, para dai disambut oleh Gus Miftahul Huda, Ketua Tanfidziyah PCINU Belgia yang kebetulan sedang menempuh pendidikan doktoral bidang linguistik dan sastra di Universiteit Antwerpen. Ia adalah sosok yang piawai dalam berkomunikasi, menjalankan roda organisasi dengan manajemen yang baik, sangat mengayomi masyarakat muslim Indonesia di Belgia. Setiap selepas Magrib di bulan Ramadan, Gus Miftah menjadi tutor tahsin Al-Qur’an via Zoom untuk peserta dari berbagai kota di Belgia hingga Luksemburg.

Kemudian pada Jumat (15/3/2024), di Kota Antwerp yang padat penduduk, para dai menyaksikan banyak sekali saudara-saudara muslim keturunan Maroko, Turki, Pakistan, dan Suriah yang berlalu lalang melaksanakan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Di sana terdapat Pasar Jumat yang didominasi oleh pedagang Maroko yang berjualan di sekitar tempat para dai menginap. Sayup-sayup terdengar mereka bertransaksi dalam bahasa Belanda dan Inggris, namun tidak jarang pula mereka berbicara dalam bahasa Arab.

Baca juga: Jumat Terakhir di Korsel, Jemaah Ajak Dai Ambassador Kulineran, Coba Haemul Jjamppong yang Nikmat!

Seketika, Ustaz Masrur dan Ustaz Basyir merasa seperti sedang tidak berada di Belgia, melainkan bernostalgia ke Kota Casablanca tempat mereka menempuh pendidikan master. Seusai menunaikan salat Jumat, para dai pun mengelilingi Kota Antwerp untuk melihat beberapa peninggalan bersejarah, sebelum akhirnya mereka bertolak ke Ibu Kota Belgia yang juga merupakan pusat Uni Eropa, yaitu Brussels.

Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Eropa

Masjid Nusantara Cultural Centre (NCC) menjadi tujuan awal para dai. Masjid ini adalah masjid Indonesia pertama yang ada di Belgia. Masjid NCC dibeli dari hasil swadaya masyarakat muslim Indonesia yang tinggal di Belgia, serta sumbangan beberapa lembaga sosial keagamaan dan umat muslim di Indonesia. Masjid yang berlokasi di Distrik Sint Pieters Leeuw tersebut dipraresmikan pada November 2021.

Para dai berkesempatan berbuka puasa bersama dengan KH Baktiar Hasan, Rais Syuriah PCINU Belgia sekaligus Ketua Yayasan NCC. Mereka juga melaksanakan salat Magrib, Isya, Tarawih, dan Witir berjemaah di masjid tersebut, bersama beberapa mahasiswa dari KU Leuven dan Universiteit Gent.

Pada Sabtu (16/3/2024), di Wisma Duta Besar RI untuk Belgia, Luksemburg, dan Uni Eropa, Y.M. Dubes Andri Hadi, seorang keturunan Arab Basalamah asal Bandung, menyambut para dai.

“Beliau adalah sosok yang sangat ramah, cerdas, hangat, dan selalu menghormati lawan bicara. Beliau memberikan sambutan pada kegiatan silaturahmi mingguan di pekan pertama Ramadan. Kami menyampaikan materi dakwah mengenai cara meningkatkan takwa dan menggapai rahmat Allah melalui ibadah puasa. Selanjutnya, kami melaksanakan buka puasa bersama hingga salat berjemaah Magrib, Isya, Tarawih, Witir berjemaah. Alhamdulillah, para jemaah berdatangan dari Brussels, Antwerp, Ghent, Leuven, Kortrijk, Namur, dan berbagai kota lainnya di Belgia,” ujar Ustaz Masrur.

Pekan berikutnya, pada Jumat (29/3/2024), para dai datang kembali ke Belgia, meninggalkan Kota Den Haag yang menjadi homebase mereka untuk sementara. Para dai memberikan khotbah Jumat di depan masyarakat muslim Indonesia di Brussels. Selepas itu, mereka mengunjungi beberapa kampus untuk membangun jejaring akademik. Mereka bersilaturahmi dan bertemu peneliti kajian Islam Eropa, seperti Tijani Boulaouali di Liege dan Ayang Utriza Yakin di Louvain-la-Neuve.

Baca juga: Mujahadah Lailatulqadar, WNI dan Diaspora Indonesia di Kaledonia Baru Gelar Salat Tasbih Bersama Dai Ambassador

Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Eropa

Pada Sabtu (30/3/2024), para Dai Ambassador menghabiskan banyak waktu di KBRI Tervueren yang juga berada di satu kompleks dengan Rumah Dinas Wakil Dubes. Pada sore harinya, masyarakat muslim anggota Keluarga Pengajian Muslimin Indonesia (KPMI) Belgia dan Luksemburg berkumpul di aula untuk mengikuti pengajian mingguan. Acara dihadiri tidak kurang dari dua ratus lima puluh orang.

Kajian mingguan kali ini mendatangkan ulama Suriah alumni Al-Azhar dan Yarmouk University sebagai penceramah, yaitu Dr. Khaled Kamal, Sekjen Académie Bachakchehir Brussels, institusi akademik yang mempunyai kerja sama dengan Universitas Ezzitouna Tunis. Para dai menerjemahkan ceramah Dr. Khaled tentang ukhuwah islamiyah dan ukhuwah insaniyah. Jemaah tidak hanya terdiri dari diaspora dan mahasiswa Indonesia, namun juga puluhan jemaah muslim dari Maroko, Suriah, Turki, dan Palestina.

Keesokan harinya, pada Ahad (31/3/2024), para dai turut menjadi instruktur dalam Pondok Ramadan (Pesantren Kilat) yang dilaksanakan oleh KPMI Belgia. Beberapa pengurus PCINU Belgia yang dikenal para dai juga menjadi panitia dan tutor pada kegiatan tersebut. Pondok Ramadan edisi 1445 H/2024 M ini diikuti oleh 20 peserta yang terdiri dari anak-anak dan remaja berusia 5 hingga 15 tahun. Mereka dikelompokkan menjadi empat kelas dengan mempertimbangkan usia, bahasa yang dikuasai, serta pengetahuan agama dan kemampuan baca tulis Arab.

Para dai mengaku sangat senang karena bisa terlibat sebagai pengajar Pondok Ramadan di kelas khusus berbahasa Perancis. Kelas tersebut diikuti oleh anak-anak diaspora Indonesia yang sehari-harinya lebih banyak berkomunikasi dalam bahasa Perancis. Di kelas ini, Dai Ambassador Dompet Dhuafa berkolaborasi dengan salah seorang anggota keluarga besar Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang, yaitu Gus Mohammad Qoimam B. Zulfikar, yang sedang menempuh studi magister di Universitas Liege.

Baca juga: Dai Ambassador 2024: Dompet Dhuafa Pererat Kerjasama dengan KJRI Davao City

Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Eropa

Pada pekan terakhir Ramadan, Jumat (5/4/2024), para dai kembali menyampaikan khotbah Jumat di Aula Nusantara KBRI Tervueren. Malam harinya, bertepatan dengan hari ke-27 Ramadan, para dai mencoba untuk merasakan pengalaman lain, yaitu salat Tarawih di Grand Mosque, Belgia. Masjid ini cukup besar, terdiri dari tiga lantai, dan dapat menampung hingga seribu jemaah, atau bahkan lebih. Bangunan masjid ini sebenarnya merupakan sebuah pavilion oriental yang biasa digunakan sebagai tempat pameran nasional sejak didirikan tahun 1880. Namun sejak 1967, bangunan tersebut dialihfungsikan menjadi tempat ibadah bagi kaum muslimin, berkat dukungan penuh dari Raja Faisal bin Abdul Aziz Saudi Arabia.

Pada beberapa dekade silam, Grand Mosque of Brussels sempat berkembang cukup pesat. Tetapi, setelah terjadinya peristiwa pengeboman di Bandara Zaventem Brussels dan Stasiun Metro Malbeek tahun 2016 yang menewaskan lebih dari 20 orang, masjid yang sekaligus menjadi pusat kajian Islam tersebut mendapat pengawasan ketat dari otoritas setempat, sebelum akhirnya diambil alih oleh Pemerintah Kerajaan Belgia. Hingga kini, Grand Mosque of Brussels tetap digunakan untuk melaksanakan salat jemaah dan beberapa kegiatan keislaman lainnya. Meski demikian, menurut penuturan beberapa orang aktivitas di dalamnya tidak sesemarak sepuluh atau dua puluh tahun silam.

Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Eropa

Pada Sabtu (6/4/2024), silaturahmi mingguan Ramadan ke-4 digelar di Wisma Tervueren. Para dai menyampaikan ceramah dengan tema “Menggapai Kesucian Diri dan Kembali pada Fitrah Kemanusiaan”. Pentingnya istikamah dalam ibadah, walaupun sedikit namun terus-menerus lebih utama dibandingkan banyak namun hanya ibadah yang momentum saja.

Sebut saja banyak yang ibadah hanya di bulan Ramadan saja, menjadi hamba yang Ramadani bukan Rabbani. Dalam sebuah hadis riwayat Aisyah Ra menyebutkan bahwa tidaklah Nabi Saw mengurangi ibadah salat Witirnya sebelas rakaat, baik di Ramadan maupun selain Ramadan.
Semoga dengan komitmen istikamah dalam beribadah melahirkan hati yang suci dan kembali kepada fitrah kemanusiaan, mendapatkan rida Allah Swt.

Ustaz Masrur dan Ustaz Basyir Arif, Dai Ambassador Dompet Dhuafa 2024