Catatan Dai Ambassador Dompet Dhuafa: Mengenal Proses Pemakaman di Suriname

SURINAME – Dai Ambassador Dompet Dhuafa telah diberangkatkan sejak 20 Maret 2023 ke-14 negara guna mensyiarkan agama Islam ke berbagai penjuru dunia. Dompet Dhuafa sendiri menyasar salah satu negara di Amerika Selatan, yakni Suriname.

Dai Dompet Dhuafa yang ditugaskan ke negara tersebut adalah Ustaz Badrussalim. Selama beberapa hari bertugas di sana, ia pun membagikan pengalamannya saat menjadi imam salat jenazah serta bagaimana kultur pemakamannya.

“Ustaz ikut melayat kematian,” ungkap Ustazah Noer Laeliyah, Mitra Dai Ambassador Suriname pada Sabtu (1/4/23) kepada Ustaz Badrus.

Menurut catatan Ustaz Badrus, pukul 14.00 waktu setempat ia berangkat bersama Ustaz David, suami dari Ustazah Noer menuju Kampung Baru Distrik Saramacca. Sesampainya di sana, prosesi salat jenazah pun langsung dilaksanakan.

Baca juga: Catatan Dai Ambassador Dompet Dhuafa: Anak TKI Tak Punya Hak Pendidikan di Malaysia

dai-ambassador-dompet-dhuafa-suriname
Prosesi pemakaman muslim di Suriname, Amerika Selatan.

“Saya didaulat (jadi) imam salat. Para pelayat melakukan salat dengan tetap memakai sepatu. Saya melepas sandal dan bertumpu di atas sandal. Posisi depan kepala jenazah menghadap Timur, istilahnya madep ngetan. Karena di sini ada dua kiblat, yaitu ngetan dan ngulon,” tulis Ustaz Badrus.

Setelah berdoa, berikutnya giliran Ustaz David yang didaulat memberikan ceramah kematian. Serupa dengan penguntaban jenazah (pelepasan jenazah ke makam) yang durasi waktunya lumayan lama sekitar 20 menit. Upacara pelepasan jenazahnya sendiri berada di dalam area pemakaman sebelum pintu masuk sebelah dalam.

Menurut Ustazah Noer Laeliyah, hal ini sengaja dilakukan agar para pelayat seluruhnya ikut ke makam dan mendengarkan ceramah untuk mengingatkan pada kematian. Sehingga pelaksanaannya dilakukan di area pemakaman, meskipun biasanya dilakukan di rumah duka.

Hikmahnya, menurut Ustazah Noer, agar seluruh orang yang melayat, baik muslim maupun non muslim, semua bisa mendengar. Tidak ada yang pulang dan turut mengantarkan jenazah hingga selesai semua prosesnya.

Baca juga: Dai Ambassador Dompet Dhuafa Tuntun Ikrar Syahadat Pemuda Asing di Belanda

dai-ambassador-dompet-dhuafa-suriname
Prosesi pemakaman muslim di Suriname, Amerika Selatan.

Seusai ceramah pelepasan, jenazah dibawa ke liang kubur yang sudah digali dan penguburannya menggunakan peti yang sudah diberikan tanah di dalam peti tersebut.

“Nah yang cukup mengherankan adalah kedalaman liang lahat yang relatif dangkal, karena sekitar kedalaman satu meter saja. Lebarnya sendiri 1 meter, panjangnya tentu sesuai panjang mayat. Kalau di tempat kita di kampung, sesuai keterangan fiqih untuk kedalamannya sendiri adalah sak dedek sak pengawe alias sedalam orang turun ke dalam liang lahat. Tapi di sini tidak demikian, hanya semeter saja,” terang Ustaz Badrus dalam catatannya.

Ia juga menjelaskan bahwa penimbunan tanahnya juga bergantian dengan sekop, sedikit demi sedikit dan terus berganti-ganti orang. Seusai proses penguburan, masih ada lagi ceramah pasca pemakaman, yakni talqin yang berlangsung selama 15 menit, diakhiri doa mayit yang diserahkan pada Ustaz Badrus.

dai-ambassador-dompet-dhuafa-suriname
Prosesi pemakaman muslim di Suriname, Amerika Selatan.

Baca juga: Perkuat Silaturahmi, Dai Ambassador Dompet Dhuafa Penugasan Timor Leste Kunjungi KBRI Dili

Menurut Ustaz Badrus, keadaan makamnya hampir sama dengan di Indonesia, yakni dengan nisan yang variatif namun rata-rata ukurannya besar. Untuk posisi jenazah sendiri disebutkan sebagaimana keyakinan masyarakat Suriname Jawa. Ada yang masih menghadap ngulon (Barat), maka arah makamnya adalah menghadap kepalanya di Utara. Adapun bagi yang berkeyakinan menghadap ngetan (Timur), maka kepala di sebelah selatan.

“Inilah proses pemakaman di Suriname, semoga almarhum mendapatkan rahmat dari Allah Swt, diampuni segala dosanya, dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Amin allahumma amin,” pungkas Ustaz Badrus. (Dompet Dhuafa/Ustaz Badrussalim/Awalia R)