Catatan Dai Ambassador Dompet Dhuafa Thailand: Masjid Jawa di Tengah Kota Bangkok, Bukti Silaturahmi yang Terjaga

dai-ambassador-dompet-dhuafa

THAILAND — Setelah vakum selama 3 tahun akibat pandemi Covid-19, Dompet Dhuafa kembali menjalankan program Dai Ambassador di tahun 2023. Dai Ambassador merupakan program dakwah internasional yang dijalankan oleh Cordofa Dompet Dhuafa dengan mengirim dai-dai handal ke berbagai negara selama Bulan Ramadan. Program ini telah terlaksana sejak tahun 2013.

Di tahun 2023, Dompet Dhuafa mengirim 24 Dai ke luar negeri guna mensyiarkan dakwah Islam. Dua di antaranya dikirim ke Bangkok, Thailand. Mereka adalah Ustaz Dasram Effendi dan Ustaz Engkos Kosasih. Pada Rabu (5/4/2023), kedua Dai Dompet Dhuafa itu dijemput oleh pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Thailand. Kemudian, mereka langsung menuju lokasi mitra yang bertempat di Jalan Soi Charoen rat 1 Yaek 9, yan Nawa, Sathon, Bangkok. Perjalanan tersebut menghabiskan waktu sekitar kurang lebih satu jam.

“Pandangan pertama begitu berkesan, sepanjang jalan kami mengamati keadaan sekitar. Keadaan lalu lintas yang rapi, kepatuhan rakyat Thailand dengan aturan lalu lintas, serta gedung-gedung yang menjulang tinggi menambah kesan tersendiri bagi kami,” ungkap Ustaz Dasram kepada Dompet Dhuafa.

Baca juga: Catatan Dai Ambassador Dompet Dhuafa: Mengenal Proses Pemakaman di Suriname

dai-ambassador-dompet-dhuafa
Masjid Jawa di Bangkok, Thailand.

Sesampainya di lokasi tujuan, langsung terlihat tulisan yang berbunyi “Masjid Jawa” di sebuah dinding pagar masjid. Di bawahnya tertulis pula Aksara Thailand yang berasal dari Aksara Brahmi dan Pallawa dari India. Ornamen masjid itu pun tak berbeda jauh dengan masjid-masjid yang ada di Indonesia. Dari situ, sudah dapat ditebak bahwa lingkungan di sekitar masjid tersebut dipenuhi oleh masyarakat muslim yang berasal dari Pulau Jawa.

Benar saja, setelah Ustaz Dasram Effendi mendengar cerita, rupanya kampung itu adalah Kampung Jawa yang diisi oleh warga Jawa Tengah yang merantau ke Negeri Gajah Putih. Ustaz Dasram dan Ustaz Engkos pun disambut hangat oleh para sesepuh di sana, salah satunya Rangsan Binkamson.

Diketahui, Rangsan sudah menjadi warga Thailand sejak puluhan tahun lalu. Usut punya usut, dahulu pada tahun 1970-an, ia pernah mengenyam pendidikan agama di Al Azhar University dan sudah hampir tiga generasi berada di sini. Dengan begitu, kendala komunikasi para Dai Dompet Dhuafa dengan warga sekitar bisa teratasi baik, karena mereka dapat berkomunikasi dengan Bahasa Arab atau Bahasa Inggris.

Baca juga: Catatan Dai Ambassador Dompet Dhuafa di Selandia Baru: Ikhlas Berdakwah Membina Mualaf

Berdasarkan penuturan Rangsan, Masjid Jawa itu sudah berdiri kurang lebih sekitar 150 tahun yang lalu. Itu bukan waktu yang sebentar. Rangsan mengatakan, dahulu kakek-kakeknya di zaman Belanda pergi merantau ke Thailand dalam rangka bekerja membantu kerajaan, baik dalam bidang perkebunan, taman, dan sebagainya. Bahkan, ada yang berhaji dan tujuan pulangnya adalah Thailand. Mereka meninggalkan anak dan istrinya yang ada di indonesia, terang Rangsan yang juga kerap dijuluki Muslimin ini. Ia juga berkisah bahwa Masjid Jawa sebenarnya adalah wakaf dari salah satu anak KH Ahmad Dahlan yang sudah lama berdomisili di Thailand.

“Ini menjadi bukti, betapa orang-orang dulu sangat menjaga hubungan baik dengan kerajaan Thailand,” kata Ustaz Dasram.

dai-ambassador-dompet-dhuafa
Dai Ambassador Dompet Dhuafa, Ustaz Dasram Effendi dan Ustaz Engkos Kosasih bersama pengurus Masjid Jawa di Bangkok, Thailand.

Di sisi lain, Ustaz Dasram juga menemukan hal unik usai berbincang panjang lebar dengan pengurus Masjid Jawa, yakni ternyata warga Thailand sangat menghormati perbedaan. Bahkan saking menghargainya, budaya luar pun terkesan sangat bebas dan mudah memasuki Thailand.

Selain itu, tugas imam, khatib, dan bilal di Thailand pun diatur secara khusus oleh pemerintah. Ketiganya dipilih secara resmi oleh jemaah dan diketahui pihak pemerintah yang diatur dalam bentuk peraturan resmi. Jangka waktunya pun berbeda-beda. Imam terpilih akan menjalankan tugasnya seumur hidup, sementara khatib dan bilal rentang waktu tugasnya paling lama adalah 4 tahun.

Baca juga: Catatan Dai Ambassador Dompet Dhuafa Hong Kong: Belajar Agama di Negara Minoritas Islam

Perlu diketahui, setiap masjid di Thailand berada di bawah komando Grand Syeikh. Di atas Grand Syeikh kemudian ada komite agama yang dibuat khusus di setiap provinsi. Dari jumlah total 76 provinsi di Thailand, hanya ada sekitar 33 provinsi yang memiliki masjid dan terdapat warga muslim.

Pada Ramadan 1444 H tahun ini, Masjid Jawa menggelar buka puasa bersama untuk seluruh Jemaah. Kegiatan dimulai 30 menit sebelum waktu berbuka dengan pembacaan Surah Yasin dan ayat-ayat pilihan, lalu ditutup dengan doa. Setelahnya, ada iftar dan makan besar. Semua itu disponsori oleh jemaah untuk jemaah.

Jemaah Masjid Jawa pun sangat beragam, berasal dari lintas negara. Ada pula para ekspatriat dari berbagai negara dan juga kalangan akademisi. Mereka berasal dari Pakistan, Malaysia, Afrika, serta Indonesia. Dengan keragaman itulah mereka membaur dan menjadi keluarga.

“Dari kisah di atas teringat pepatah Arab yang artinya: ‘di mana saja langit dijunjung, maka di situ engkau bertanggung jawab terhadap islamnya’ dan sabda Rasulullah Saw: ‘jika ingin panjang umur dan murah rezeki maka jalinlah terus tali silaturahmi’,” sebut Ustaz Dasram.

“Hadirnya Masjid Jawa di pusat kota negara Thailand ini menjadi bukti sejarah kuatnya hubungan yang baik dan silaturahmi yang terjaga oleh para pendahulunya,” pungkasnya. (Dompet Dhuafa/Dai Ambassador Dasram Effendi/Ronna)